Siapakah yang tidak ingin hidup bahagia? Yeah, sebuah pertanyaan retoris. Sebab semua manusia selalu ingin hidup bahagia tanpa terkecuali. Namun, takaran bahagia seseorang sangatlah berbeda satu dengan yang lain.
Mempunyai mobil eropa keluaran terbaru, memiliki uang miliaran rupiah, rumah di mana-mana ada. Mungkin itu menjadikan seseorang bahagia. Tidak memiliki musuh dalam hidup, cita- cita tercapai menjadi yang diinginkan, karier lancar, usaha di setiap kota ada. Itu juga sebagian bahagia menurut beberapa orang.
Masih banyak takaran bahagia menurut seseorang. Â Itu semua jawaban yang sah dan tidak perlu diperdebatkan. Yang utama mereka bahagia dan tidak merugikan orang lain serta tidak melakukan hal- hal yang ditabukan, dianggap salah secara hukum.
Namun, dari kaca mata iman kita perlu merenungkan apa toh sejatinya tujuan hidup kita. Bahagia secara manusiawi belaka atau secara jiwa juga. Manusia  itu mengalami hidup tiap hari dengan Sang Pencipta. Beliau selalu hadir dalam diri kita,  memberikan nafas gratis sehari- hari, sebuah kemurahan yang diberikan secara cuma-cuma. Â
Bayangkan, ada loh seorang anak yang orang kaya raya tujuh turunan merasa hampa ketika ayahnya meninggal. Dan ia pun merenung, uang ayahku tak habis untuk anak cucunya, untuk beli apa saja bisa. Tetapi untuk membeli nafas  tak mampu. Mari kita syukuri yang ada dalam hidup kita, yang masih dapat kita nikmati setiap hari. Itulah wujud cinta Sang Pencipta pada manusia ciptaannya.
Perkara kita mengalami jatuh bangun tiap hari, itu hal biasa dan setiap manusia pasti mengalaminya. Yang utama kita wajib memiliki pengharapan untuk selalu mendapat berkat dari-Nya. Selalu sehat dan dapat menikmati hidup ini dengan penuh syukur dan bahagia. Ingat, bahagia itu kita yang menciptakan bukan orang lain.
Yuk, kita buat hidup kita lebih bahagia dengan selalu bercerita pada Sang Pencipta akan apa yang kita lalui setiap waktu.Â
Berusaha sekuat hati untuk hidup yang penuh syukur dengan melaksanakan pekerjaan kita sesuai aturan yang ada.Â
Tentu, jangan lupa juga bahwa hidup itu diperjuangkan karena tidak ada yang instan di dunia ini. Tetap semangat jangan lupa bahagia  (seperti yang sering kita dengar dari  Bapa Uskup Robertus Rubiyatmoko ) sesuai porsi yang kita miliki.