Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Ada Lagi Prespektif Salah Soal Pancasila

8 Agustus 2022   13:18 Diperbarui: 8 Agustus 2022   13:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda pernah membaca buku berjudul Temanku Seorang Teroris ? Buku yang ditulis oleh seseorang yang kemudian menjadi aktivis deradikalisasi itu pernah menimba ilmu di sebuah pesantren di kota Solo.  

Pesantren itu sangat dikenali sampai mancanegara bukan saja karena pengasuhnya adalah ulama keturunan Yaman yang disegani oleh kaum muslim, tapi juga karena aksi terorisme yang dilakukan oleh beberapa alumnusnya.

Pada saat menimba ilmu di pesantren itu, dia kebetulan berbagi kamar dengan seseorang yang beberapa belas tahun kemudian menjadi pelaku bom atau tindak terorisme. 

Pengalaman dan keinginannya untuk mengajak eks terorisme untuk kembali menapaki kehidupan normal sebagai warga negara dan insan muslim yang baik, ia kemudian mendirikan sebuah Yayasan. Yayasan itu kemudian mengelola beberapa restoran dimana para chefnya eks teroris.

Para pelaku bom Bali 1 tahun 2002 sebagian memang sudah menjalani hukuman mati , namun ada satu orang dan beberapa saudara teroris itu yang menghirup udara bebas sampai saat ini. Mereka mengaku telah bertobat dan menjalani kehidupan sebagai muslim dan warga negara yang baik. Ada yang kini sangat aktif menyebarkan anti radikalisme di kalangan pelajar dan masyarakat umum.

Beberapa pelaku bom Bali 1 itu berasal dari pondok pesantren itu. Mereka umumnya mengenal ideologi atau faham radikal karena mendapat referansi salah soal negara dan Pancasila. 

Mereka kerap mempertentangkan agama dengan negara dan ideologi Pancasila dan ideologi agama, dan karena mereka berada di lingkungan agama, maka dengan mudahnya mereka memisahkan agama dan negara dengan begitu jauh.

Begitu juga sang pemilik pondok pesantren itu. Dia memang pernah menjalani hukuman karena berbagai penolakannya pada symbol symbol negara diantaranya penolakannya atas Pancasila sebagai dasar negara. 

Seperti yang saya sampaikan di atas, dia juga dikenal sebagai inspirator bagi tindak terorisme bagi beberapa pelaku terorisme karena mereka menganggap negara adalah togut dan Pancasila dianggapnya sebagai hal yang syirik.

Lalu sang pemilik pondok pesantren yang berhaluan keras ini dibebaskan oleh negara karena pertimbangan kesehatan dan usia. 

Beberapa minggu lalu dikabarkan bahwa sang pemilik ponpes ini mengakui Pancasila sebagai azaz negara. Ini bisa kita akui sebagai langkah maju dari narasi-narasi radikal yang sering kita jumpai di banyak platform media sosial.

Dari apa yang saya kemukakan diatas adalah, pengakuan Pancasila sebagai dasar negara mungkin bisa kita pakai sebagai momentum  untuk berbagai perspektif salah dalam melihat Pancasila, termasuk pihak-pihak yang sering mempertentangkan negara dan agama.

Semoga tidak ada lagi perspektif salah dalam melihat Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun