Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merawat Kearifan Lokal di Dunia Maya

20 Juli 2019   18:06 Diperbarui: 20 Juli 2019   18:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Era milenial ini memang begitu menyenangkan. Lihat saja, anak-anak dan remaja sangat senang sekali dengan kemajuan teknologi yang menyenangkan. Hanya dengan menggunakan smartphone, kita bisa melakukan apa saja. 

Dunia benar-benar dalam genggaman kita. Ya, memang begitulah adanya. Berbagai informasi dari mana saja bisa kita serap melalu smartphone. Ingin melampiaskan ekspresi dan argumentasi, bisa ditumpahkan melalui media sosial. Ingin mencari teman, ingin menonton film, ingin mencari kerja, dan masih banyak lagi aktifitas lain bisa dilakukan di dunia maya.

Sayangnya, tidak semua yang berkembang di dunia maya sepenuhnya positif. Tidak semua informasi yang beredar di media sosial, sepenuhnya valid. Karena tidak sedikit informasi yang berkembang adalah hoaks. 

Tidak sedikit postingan yang beredar di media sosial, mengandung pesan kebencian. Akibat kebencian itulah yang kemudian merusak nilai-nilai kearifan lokal yang memang telah ada di tengah masyarakat. Untuk itulah, menjadi tugas kita bersama untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal ini agar tetap terjaga.

Untuk bisa merawat kearifan lokal, harus kita wujudkan dalam setiap ucapan dan perilaku. Karena saat ini banyak aktifitas dilakukan di dunia maya, alangkah lebih baiknya segala ucapan dan perilaku di dunia maya sesuai dengan nilai kearian lokal. 

Jika kita tidak mengenal budaya saling menebar kebencian, semestinya kita tidak saling membenci. Jika kita mengenal toleransi, semestinya kita bisa saling menghormati dan menghargai di dunia maya.

Tuhan menganjurkan kepada kita semua untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Tuhan juga menganjurkan untuk saling menghargai dan tolong menolong antar sesama. Dalam budaya kita, juga menganut nilai-nilai toleransi dan gotong royong. 

Perpaduan nilai agama dan budaya inilah, yang membuat Indonesia menjadi negara yang sangat mengedepankan nilai kemanusiaan, keadilan sosial dan perdamaianya. Nah, ketika kita adalah masyarakat yang mengedepankan keadilan dan perdamaian, apakah kita hanya tinggal diam jika ada posting yang menyesatkan yang mengandung kebencian dan provokasi?

Tentu saja tidak. Untuk bisa melawan itu semua, kita harus senantiasa berpikiran positif. Jika kita bisa berpikir positif, maka sebarkanlah nilai-nilai positif itu ke lingkungan sekitar kita. Sebarkanlah nilai-nilai positif itu ke setiap postingan kita di media sosial.

Dengan menularkan pesan positif, diharapkan bisa juga bisa menularkan nilai-nilai kearifan lokal ke seluruh elemen masyarakat. Jangan sebarkan kebencian, karena kebencian hanya akan mendekatkan diri pada intoleransi. Dan intoleransi akan mendekatkan kalian pada radikalisme dan terorisme.

Jangan cerai beraikan negeri ini dengan kebencian. Mari kita saling bergandengan tangan, untuk mewarat nilai-nilai yang telah diajarkan pada pendahulu kita. Jangan adopsi paham-paham yang justru akan membuat kita saling bertikai. Indonesia bukanlah negara konflik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun