Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Pribadi yang Berkarakter Indonesia

1 Maret 2019   10:23 Diperbarui: 1 Maret 2019   11:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pollindo.com

Sebagai masyarakat yang lahir dan besar di Indonesia, tentu kita tahu bahwa negeri ini ada dari ribuan suku yang tersebar dari ujung Aceh hingga Papua. Kita juga tahu bahwa karakter masyarakat Indonesia adalah majemuk, toleran, saling menghormati dan tolong menolong antar sesama. Kita juga tahu, bahwa tidak hanya ada Islam di Indonesia. 

Tapi juga ada Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu, bahkan masih ada juga aliran kepercayaan. Dan semuanya itu adalah Indonesia. Karena itulah, dalam kehidupan nyata semestinya semuanya itu masih tetap terjaga dan dijaga. Dalam setiap pernyataan dan perilaku, semestinya juga menerapkan prinsip-prinsip toleransi.

Lantas, apakah kita sudah berkarakter sebagai orang Indonesia? Mari kita lihat kenyataan yang ada hari ini. Saat ini, banyak sekali ujaran kebencian bertebaran di dunia maya. Seseorang bisa saling membenci, saling mencaci dan menghujat karena persoalan berbeda agama, berbeda pilihan politik, berbeda suku, atau perbedaan latar belakang lainnya. 

Tidak hanya kebencian dan kebohongan yang terjadi, dari sisi perilaku pun, aksi persekusi juga seringkali muncul. Kita juga seringkali diperlihatkan aksi tawuran antar pelajar, yang berujung pada korban jiwa. Ironisnya, semuanya persoalan itu seringkali dipicu oleh persoalan yang sepele.

Di dunia maya, hubungan pertemanan bisa putus hanya karena berbeda pilihan politik. Praktek silaturahmi terputus hanya karena perbedaan agama. Tradisi saling bertegur sapa hilang karena dikuasai oleh kebencian di dalam hati. Saling tolong menolong berkurang dan digantikan dengan persekusi. 

Wejangan yang dulu sering kita dengar, kini telah berganti dengan ujaran kebencian. Saling toleransi terkikis oleh menguatnya propaganda radikalisme. Semuanya itu terjadi di era yang sudah modern ini. 

Ironisnya, perilaku buruk itu terus disebarluaskan melalui media sosial, melalui internet, dan berdampak pada perilaku di dunia nyata. Inilah yang harus kita sudahi. Stop saling membenci, stop saling persekusi, dan stop saling memukul satu sama lain.

Kita adalah Indonesia. Kita berpijak di tanah yang sama. Kita tinggal di rumah yang sama bernama Indonesia. Tuhan menganjurkan kepada kita tuntuk saling mengenal, saling memahi dan berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam agama apapun juga mengajarkan untuk saling tolong menolong dan saling menghargai. Dalam nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal di Indonesia, juga menjunjung tinggi gotong royong. 

Dan semuanya dituangkan dalam dasar negara, Pancasila. Karena semua itu merupakan nilai-nilai yang ada di Indonesia. Lalu, kenapa masih ada yang mengadopsi radikalisme? Kenapa masih ada yang mempertahankan intoleransi dan persekusi?

Sekali lagi, ayo kita sudahi semua ini. Hilangkan ego pribadi dan kelompok. Mari kita saling bergandengan tangan satu dengan lainnya. Ingat, karena kita lahir dan besar di Indonesia, maka menjadilah pribadi yang berkarakter Indonesia. 

Karena karakter Indonesia adalah menyatukan bukan memecah belah. Karakter Indonesia itu menyejukkan bukan memanaskan. Dan karakter Indonesia adalah menghargai bukan provokasi. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun