Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebencian Memicu Terjadinya Aksi Teror

12 Mei 2018   15:05 Diperbarui: 12 Mei 2018   15:29 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Kebencian - ahlulbaitindonesia.or.id

Semua orang sepakat sudah menyatakan perang dengan segala bentuk radikalisme dan terorisme. Aksi teror telah membuat segalanya rusak. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tapi juga merusak tatanan kehidupan yang ada. 

Contoh yang paling anyar adalah ketika aksi para napi terorisme di Mako Brimob beberapa saat lalu, tidak hanya merusak rutan, tapi membuat 5 anggota polisi gugur dan 1 napiter meninggal karena luka tembakan. Apapun yang menjadi pemicunya, menyandera dan membunuh anggota polisi yang berjaga itu salah besar.

Aksi teror di dalam rutan tersebut, tak lain karena didasari rasa kebencian yang begitu besar. Di mata teroris, polisi merupakan musuh yang harus dihabisi. Mereka di doktrin untuk selalu menyerbu polisi dimanapun berada. Seruan ini pun selalu dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Para korban teror rata-rata di dominasi oleh aparat kepolisian. Wajar karena polisi selalu menggagalkan aksi teror mereka. 

Karena itulah, para teroris ini selalu menyebarkan hasutan, agar semua orang memusuhi polisi. Setelah para teroris di Rutan Mako Brimob dipindahkan ke Nusa Kambangan, muncul pemberitaan miring terhadap polisi. Jika kita tidak mempunyai literasi yang cukup, dikhawatirkan akan terprovokasi oleh provokasi-provokasi di media sosial.

Jika kita telisik lebih dalam, karena kebencian yang begitu kuat inilah, melahirkan berbagai tindakan negatif. Kebencian terhadap seseorang juga ada yang melahirkan tindakan persekusi. Kebencian melahirkan pengerahan massa secara besar-besaran, untuk menekan pemerintah. Karena kebencian pula, telah melahirkan meme ataupun postingan yang mengandung konten negatif. Dan dalam tahap yang lebih ekstrim, kebencian berlebihan juga bisa melahirkan berbagai macam tindakan teror.

Segera tinggalkan bibit kebencian dari dalam pikiran kita masing-masing. Kebencian tidak patut untuk dipelihara, karena bisa berdampak sengsara. Mari kita isi pikiran ini dengan berbagai macam pesan damai. 

Perdamaian merupakan semangat yang diajarkan oleh nenek moyang sejak dulu. Hal ini bisa dilihat dari berbagai macam tradisi yang ada di Indonesia. Tidak ada satupun yang mempunyai semangat kebencian. Yang ada justru semangat saling merangkul, saling menghargai, dan saling tolong menolong.

Mari bersihkan setiap lini dari bibit kebencian. Begitu juga memasuki tahun politik harus diisi dengan semangat damai. Tidak boleh ada saling caci maki antar pendukung. Mari kita dorong agar paslon dan para pendukungnya, untuk bertarung ditingkat gagasan. Hal ini penting agar semangat pilkada dan pilpers mendatang, bisa tetap menjaga kerukunan meski berbeda pilihan politik. 

Karena sejatinya Indonesia adalah saling menghargai dalam keberagaman. Bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Penghormatan terhadap keberagaman ini diharapkan bisa diamini oleh semua orang, agar Indonesia tetap menjadi negara damai dan terbebas dari segala tindakan teror.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun