Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Deteksi Dini Tangkal Radikalisme Dunia Maya

15 Februari 2018   07:00 Diperbarui: 15 Februari 2018   07:24 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosial Media - kompasiana.com

Lagi-lagi dunia maya terus menjadi sorotan. Jika dilihat dari manfaat dan kecanggihannya, tidak perlu dibahas lagi. Semua orang sudah paham, bagaimana manfaat dan kecangginnya.  Karena itulah semua orang begitu menyenangi dunia maya. Di era milenial seperti sekarang ini semua orang sudah terhubung dengan dunia maya, dari bangun tidur sampai tidur lagi. 

Begitu tergantungnya manusia dengan yang namanya internet, membuat celah tersendiri bagi oknum tertentu untuk memanfaatkannya. Salah satunya adalah dengan menyebarkan informasi hoax, informasi yang menyesatkan, demi kepentingan politik. Ya, di tahun politik seperti sekarang ini, semua orang sangat berpotensi memanfaatkan kesampatan dalam kesempitan, untuk mewujudkan nafsu kuasanya.

Radikalisme dunia maya memberikan ancaman tersendiri bagi Indonesia dan seluruh dunia. Hampir semua negara berupaya mempuan penangkal, agar penyebaran radikalisme ini tidak semakin menjadi. Di Indonesia, belum ada teknologi yang bisa otomatis melakukan deteksi dini. Semuanya masih dilakukan secara manual. Jika ada tayangan yang mengandung muatan radikal dan terorisme, pemerintah akan melakukan  blokir. Lantas, seberapa kuat sistem tambal sulam ini? Dengan adanya badan siber dan sandi negara, diharapkan sudah ada teknologi baru untuk meredam itu semua.

Yang tidak kalah pentingnya adalah, menggalakkan sistem deteksi dini ditingkat masyarakat. Membangkitkan kesadaran baru, bahwa tidak hanya dunia nyata yang membutuhkan sistem deteksi dini. Di dunia maya pun sistem deteksi dini juga diperlukan. 

Melakukan siskamling adalah merupakan upaya deteksi dini agar tidak ada pencuri yang masuk kampung. Semua orang bergantian melakuan pengamanan. Ada kesadaran kolektif ditingkat masyarakat, untuk mengamankan kampungnya. Dan kesadaran ini diimplementasikan dalam tindakan melalui siskamling.

Mungkinkah kita meminjam semangat siskamling di dunia nyata ini, untuk diterapkan di dunia maya? Sangat mungkin. Dengan adanya desk khusus tentang cyber di setiap lembaga dan adanya badan siber dan sandi negara, merupakan upaya untuk melakukan deteksi dini. Namun, perlu kesadaran kolektif juga untuk membersihkan dunia maya dari pesan-pesan radikal. 

Masyarakat harus pro aktif melaporkan ke aparat keamanan, jika menemukan ada situs, blog, atau apapun yang mengandung konten radikal. Generasi milenial tentu tidak bisa lepas dari aktifitas di dunia maya. Untuk itulah, jika beraktifitas di dunia maya dan kebetulan menemukan pesan-pesan radikal, jangan dibiarkan. Segera laporkan ke petugas untuk diambil tindakan.

Selain melakukan patroli cyber, upaya menangkap pesan radikal ini juga bisa dilawan dengan pesan damai. Jika sebagian masyarakat ada yang terprovokasi pesan radikal, harus dinetralkan kembali dengan pesan damai. Sering-seringlah menuliskan pesan damai di akun sosmed kalian, di status smartphone kalian, di setiap tulisan yang kalian unggah, di setiap video yang kalian buat, selalu sertakan pesan-pesan damai untuk tetap menjaga keutuhan NKRI. 

Masukkan pesan untuk tetap toleran, saling menghargai dalam perbedaan, dan tetap menjunjung tinggi bhineka tunggal ika. Semuanya ini penting, karena sudah banyak masyarakat yang menjadi korban provokasi radikalisme dunia maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun