Mohon tunggu...
Evansus Renandi Manalu
Evansus Renandi Manalu Mohon Tunggu... ASN

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamatkan Orangutan Bukan Basa Basi

11 September 2025   18:15 Diperbarui: 11 September 2025   19:52 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangutan (foto : Balai Besar KSDA Sumatera Utara)

       Menarik membaca penggalan tulisan dari Riezcy Cecilia Dewi, Juru Kampanye Satya Bumi (Opini : Orangutan Tapanuli di Ambang Kepunahan, https://mongabay.co.id, 19 Agustus 2025) "Kita hidup di zaman ketika punahnya satu spesies bukan lagi karena bencana alam, tetapi oleh ambisi dan kelalaian manusia. Orangutan Tapanuli, kera besar yang hanya hidup di satu titik kecil di dunia, di Sumatera Utara, Indonesia, kini berdiri di tepi jurang kepunahan. Pertanyaannya bukan lagi "siapa yang harus diselamatkan ?" tetapi "mengapa kita terus menciptakan kehilangan?".

       Pesan yang menohok ini, tentunya menjadi bahan refleksi dalam menyikapi perkembangan penyelamatan dan pelestarian satwa liar dilindungi, khususnya orangutan yang merupakan salah satu spesies kunci, yang memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Hilangnya satu spesies kunci dapat memicu efek berantai berupa terganggunya struktur komunitas, menurunkan keanekaragaman hayati, bahkan memicu keruntuhan ekosistem secara keseluruhan. Fenomena ini dikenal juga sebagai trophic cascade.

       Sejujurnya, kita dan orangutan sama-sama penting. Ya, sama-sama penting karena memiliki peran yang tidak sedikit. Peduli kepada nasib orangutan berarti pula peduli kepada ragam satwa lainnya. Mengingat peran penting orangutan tidak sedikit bagi keberlanjutan nafas sebagian besar makhluk yang lainnya pula. Kita pun yang katanya sebagai makhluk yang paling sempurna setidaknya sama-sama penting pula untuk berperan memiliki rasa kepedulian kepada nasib satwa dilindungi terlebih orangutan (Mengapa Kita Penting Merayakan Hari Orangutan Sedunia ? https://www.kompasiana.com,  15 Agustus 2025).

       Julukan orangutan sebagai si petani hutan pun tentu sangat patut kita syukuri, karena perannya itu tanam tumbuh, pepohonan masih boleh beregenerasi (hutan masih bisa tumbuh baik dan berdiri kokoh) melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan (seed disperser) dan tentu ini tidak sedikit memiliki manfaat bagi makhluk lainnya, termasuk kita.

       Dengan kata lain, orangutan merupakan pembangun hutan, penjaga keseimbangan dan kesinambungan kehidupan di dalam hutan. Ada hutan maka ada orangutan. Rimbunnya tajuk-tajuk pepohonan (hutan) pun menjadi dasar nafas kehidupan boleh berlanjut (ada orangutan, ada hutan. Ada hutan, ada kehidupan).

       Fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa orangutan sedang menghadapi ancaman. Daftar Merah IUCN menempatkan tiga spesies orangutan yaitu Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) berstatus kritis (Critically Endangered).

       Acap kali didengar bahwa ancaman terbesar kehidupan orangutan adalah kehilangan habitat akibat deforestasi massif. Pembukaan hutan untuk perkebunan sawit, pertambangan, dan kegiatan illegal lainnya telah menyusutkan rumah mereka. Konflik antara manusia dan orangutan, hingga perdagangan satwa liar ilegal, yaitu anak orangutan diambil dari induknya yang dibunuh,  masih terjadi (Melindungi Sang "Arsitek Hutan" di Hari Orangutan Sedunia,  Christopel Paino, https://mongabay.co.id, 19 Agustus 2025).

       Meskipun satwa liar ini telah ditetapkan sebagai salah satu jenis yang dilindungi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan juga Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, namun realitanya belum memberi garansi (jaminan) terhadap nasib dan kehidupannya yang sampai saat ini masih belum aman serta terus mendapat ancaman dan tekanan.

       Yayasan Inisiasi Alam Rehablitasi Indonesia (YIARI) mencatat, orangutan tersebar di Sumatera dan Kalimantan, dengan perkiraan 50.000-55.000 individu di Kalimantan. Sekitar 14.000 individu hidup di Sumatera, dan 800 individu di Tapanuli, spesies orangutan terbaru yang dideskripsikan pada 2017.

       "Jumlah ini jauh menurun dibandingkan beberapa dekade lalu karena kehilangan habitat dan konflik dengan manusia," ungkap Direktur Operasional YIARI, Argitoe Ranting, Selasa, 19/8/2025, (Hari Orangutan Sedunia, Populasinya Yang Kian Mengkhawatirkan, Zintan Prihatini, Yunanto Wiji Utomo, https://lestari.kompas.com, 19 Agustus 2025).

       Memang, kondisi pelestarian orangutan saat ini belum se-ideal yang diekspektasikan oleh banyak pihak. Namun bukan berarti tidak ada upaya-upaya yang dilakukan. Menyelesaikan permasalahan yang sangat kompleks, tentunya tidak semudah yang dibayangkan dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapi, sehingga butuh waktu, pengorbanan dan perjuangan yang gigih. Meskipun senyap (silent) dan jauh dari publikasi, gerakan konservasi orangutan sejatinya tetap terus bergerak. Kolaborasi beberapa pihak untuk memantau dan menyelamatkan orangutan baik melalui perdagangan maupun pemilikan/ pemeliharaan secara illegal sampai saat ini masih terus bekerja.

       Belum lagi berbagai upaya penyelamatan melalui pusat karantina, yang ditujukan untuk merawat dan merehabilitasi orangutan korban perdagangan maupun interaksi negatif dengan warga, sampai kepada melepasliarkannya kembali ke habitat alami, ini tetap menjadi fokus perhatian pemerintah melalui Kementerian Kehutanan bersama dengan lembaga-lembaga mitra yang konsern untuk merealisasikannya. Menurut catatan yang ada pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara, sedikitnya 19 (sembilan belas) individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang sebelumnya menjalani rehabilitasi di Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan (PKRO) Batu Mbelin, Sibolangit Sumatera Utara dilepasliarkan ke hutan Jantho, Aceh (9 individu) dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Jambi (10 individu) sepanjang tahun 2024 sampai dengan Agustus tahun 2025. Giat ini dilakukan guna memastikan bahwa satwa spesies payung (umbrella spesies) ini dapat hidup dan berkembangbiak secara alami di "rumahnya".

       Kampanye yang tiada henti untuk mengedukasi  masyarakat lintas generasi dan profesi, menjadi rutinitas. Berbagai cara, media dan model pun dikemas agar pesan-pesan penyelamatan semenarik mungkin dan mudah dipahami. Harapannya tentu bukan hanya masyarakat teredukasi, lebih lagi tumbuh kesadaran (awareness) yang massif untuk peduli dan ikut mengambil bagian dalam upaya pelestarian 

       Harus diakui bahwa tiga spesies orangutan : Orangutan Kalimantan  di Borneo, Orangutan Sumatera dan Orangutan Tapanuli  di Sumatera Utara, bukan hanya   menjadi fokus perhatian di tingkat nasional, melainkan juga masyarakat internasional. Penetapannya dalam status Kritis (Critically Endangered) oleh  Daftar Merah IUCN  (International Union for Conservation of Nature) tentu menjadi tantangan sekaligus "vitamin" yang memberi energi positif untuk terus bergerak melakukan yang terbaik bagi upaya penyelamatan orangutan.

       Setiap tanggal 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orangutan Sedunia (World Orangutan Day). WOD atau disebut pula International Orangutan Day (IOD) diperingati untuk mendorong masyarakat melestarikan salah satu spesies luar biasa yaitu orangutan. Orangutan adalah salah satu primata atau satwa yang terancam punah keberadaannya. Tahun ini tema hari Orangutan Sedunia adalah "Love for Orangutan, Kawal Jangan Dijual". (www.kompasiana.com,  15 Agustus 2025).

       Peringatan WOD bukan sekedar perayaan yang tidak bermakna. Sebaliknya menjadi momentum pengingat dan penggalangan partisipasi untuk bergerak dinamis dan berjuang bersama secara massal dan konsisten. Bila semua sudah terbangun kesadarannya, bukan mustahil Orangutan akan lestari dan sejahtera, hidup berdamai dengan manusia. Ini bukan ilusi, tapi ambisi yang harus diwujudkan. Ayo, Jangan Tunggu Sampai Punah, Mari Lanjutkan Selamatkan Orangutan...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun