Pandemi membawa dampak yang sangat besar bagi berbagai aspek kehidupan. Sebagian besar dari kita merasakan dampak negatif dari pandemi.Â
Namun, di sisi lain pandemi membawa berkah bagi pelaku bisnis florikultur. Omset meningkat dan keuntungan melambung dirasakan oleh pedagang tanaman hias semenjak pandemi. Betapa tidak, tanaman hias yang menyegarkan mata dan menenangkan hati menjadi suatu nuansa yang diburu banyak orang.Â
Kejenuhan dirasakan karena banyak waktu dihabiskan di rumah, mulai dari anjuran stay at home dan terlebih lagi banyak pegawai kantoran yang melaksanakan kerjanya dari rumah. Dalam kondisi jenuh, siapa yang bisa mengelak bahwa melihat tanaman nan indah akan membawa kesegaran tersendiri.
Hal senada juga terlihat di deretan kios pedagang tanaman hias yang nampak makin ramai di masa pandemi. Sayangnya omset meningkat menjelma bak koin yang memiliki dua sisi, yaitu keuntungan dan kebutuhan yang makin besar untuk pemeliharaan tanaman hias.Â
Tingginya biaya pemeliharaan ini diantaranya adalah pembelian pestisida sintetis dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Padahal keduanya justru membawa dampak negatif bagi lingkungan dalam jangka panjang ke depan.
Melihat hal ini, tim Kelompok Bidang Keahlian Botani Jurusan Biologi FMIPA Unesa merasa tertantang untuk hadir memberikan alternatif solusi dengan mengadakan pelatihan pembuatan biopestisida dan ZPT alami.Â
Melalui skema Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), pelatihan ini dapat menjadi implementasi bidang ilmu yang dimiliki tim KBK Botani yang membawa manfaat bagi peserta pelatihan sekaligus lingkungan.
Tak tanggung-tanggung, dua booklet sekaligus dikembangkan, diujikan validitasnya kemudian diberikan pada peserta pelatihan. Kedua booklet tersebut berisi panduan pembuatan sekaligus implementasi biopestisida dan ZPT alami. "Resep" yang dituliskan dalam booklet ini mudah diikuti.Â
Pemilihan bahan yang mudah dijumpai di sekitar dengan harga relatif murah, seperti: bawang merah, bawang putih, kunyit, dan sebagainya menjadi daya tarik lain dari kedua booklet ini.