Mohon tunggu...
EVA AFIYANI
EVA AFIYANI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bau Hilang, Usaha pun Lancar

30 Mei 2015   10:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan ekonomi memacu pertumbuhan sektor industri di suatu negara, termasuk industri pangan. Di Indonesia, industri pangan mulai merambah dan beragam skala mulai dari usaha skala rumah tangga sampai skala industri. Salah satu industri rumah tangga yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri tahu. Berkembangnya industri tahu skala rumah tangga akan berdampak positif bagi kemajuan yang membawa peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat kecil. Namun demikian, limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu akan berdampak negatif bagi lingkungan. Kegiatan dalam proses pembuatan tahu di Dukuh Pesalakan, Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal telah mempengaruhi kualitas lingkungan. Dengan adanya masalah seperti itu, lima mahasiswa Politeknik Negeri Semarang mengembangkan Digester Anaerob Tipe Fixe Domeuntuk membantu warga Dukuh Pesalakan dalam mengatasi limbah cair tahu yang dihasilkan untuk diubah menjadi biogas.

Melalui bimbingan dari Ibu Suparni Setyowati Rahayu, Dra,M,Si., mahasiswa bimbingannya, Mu’iz Ashar Dinata, Ahmad Fatoni, Sinar Ilham Hari Saputra, Fuad Fida Fadhil, dan Eva Afiyani berhasil mengembangkan sebuah Digester Anaerob Tipe Fixe Domedengan ukuran 2 x 2 meter yang memiliki kedalaman 2 meter sehingga mampu mengolah 4 meter kubik limbah cair produksi tahu yang nantinya akan diolah menjadi BIMA (Biogas Mandiri) lewat Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Tim PKM-T BIMA (Biogas Mandiri) dari Politeknik Negeri Semarang yang di danai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Digester tipe Fixe Domeini mengolah limbah cair tahu melalui proses anaerob dan akan menghasilkan biogas sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan. Teknologi pengolahan ini dipadukan dengan penambahan EM4 dan kotoran sapi sebagai starter dengan maksud mempercepat proses dekomposisi material organik dalam limbah, dengan metode ini pengolahan limbah tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki nilai tambah sebagai sumber energi mandiri berupa biogas.

Dengan adanya biogas mandiri ini masyarakat di dukuh Pesalakan bisa merasakan manfaatnya. Dampak yang paling nampak dengan adanya biogas ini adalah masyarakat dapat menghemat pengeluaran untuk membeli gas LPG yang digunakan sebagai keperluan masak-memasak. Di lain sisi bau limbah cair tahu yang sangat menyengat juga dapat teratasi sehingga para pengrajin tahu dapat sedikit bernafas lega untuk terus menjalankan usaha produksi tahu tanpa cemas limbah yang dihasilkan.

“Sekarang setelah ada digester, limbah tahu sudah tidak bau lagi mengganggu, malah jadi penghematan. Kerukunan antar warga dengan pengrajin tahu pun makin terjaga karena limbah yang dihasilkan oleh warga pengrajin tahu sudah tidak mencemari lingkungan sekitar lagi.”, ungkap ibu Sri Suparti, salah seorang warga pengrajin tahu di dukuh Pesalakan, Adiwerna, Tegal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun