Mohon tunggu...
Eva Andriyani
Eva Andriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Pendidikan Indonesia

Menggambar ilustrasi digital

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Eksistensi UMKM Kopi KATENJO Desa Tenjolaya Bertahan di Tengah Kelangkaan Biji Kopi

12 Agustus 2022   17:00 Diperbarui: 12 Agustus 2022   17:49 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampel Biji Kopi KATENJO Desa Tenjolaya/dokpri

Kopi merupakan minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan. Cita rasa kopi yang khas membuat minuman tersebut banyak digemari oleh setiap orang.

Mengutip Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), monitoring kejadian iklim ekstrim yang terjadi selama Juni 2022 di seluruh wilayah Indonesia menunjukan kejadian curah harian tertinggi sebesar 346 mm/hari. Iklim ekstrim tersebut memiliki pengaruh besar terhadap budidaya tanaman kopi, tidak terkecuali di desa Tenjolaya.

Lantas, apa yang terjadi jika cuaca ekstrim berpengaruh terhadap kelangkaan biji kopi?

Enam Mahasiswa KKN UPI Kelompok 167 Desa Tenjolaya/dokpri
Enam Mahasiswa KKN UPI Kelompok 167 Desa Tenjolaya/dokpri

Tim KKN UPI kelompok 167 Desa Tenjolaya mencoba menyambangi kediaman Bapak Dedi Sahyana selaku pemilik UMKM Kopi KATENJO yang beralamat di kampung Cipongpok, Desa Tenjolaya. Sesampainya di sana, terungkap bahwa para petani kopi saat ini sedang menghadapi beberapa kondisi.

“Curah hujan yang tinggi di hutan menyebabkan bunga kopi yang akan menjadi bakal buah berguguran. Satu ranting yang biasanya menghasilkan 12 dompol hanya bisa menghasilkan setengah dari biasanya,” ujar Bapak Dedi Sahyana selaku pemilik UMKM kopi KATENJO kepada tim KKN, Rabu (3/8).

Di samping itu, kondisi kelangkaan tersebut menyebabkan harga kopi melambung tinggi sehingga permintaan para pengusaha kedai kopi menurun. Namun demikian, UMKM Kopi KATENJO berusaha keras untuk menjaga keberlangsungan usaha dengan melakukan penawaran pada alternatif lain.

Sebelumnya, UMKM Kopi Katenjo memasarkan Green Bean yakni biji kering hasil akhir pengolahan pasca panen dengan kisaran air 12-13%. Sebagai alternatif,UMKM tersebut mulai memasarkan biji kopi Asalan atau biji kopi hasil panen rajutan yang langsung dikeringkan di lantai jemur tanpa pengawasan dan mengandung kadar air 16-20%.

“Para pemilik kedai kopi yang asalnya membeli Green Bean mulai beralih ke biji kopi Asalan karena harga Green Bean yang naik akibat adanya kelangkaan. Harga Green Bean yang pada awalnya memiliki harga Rp.60.000,00./Kg. naik menjadi Rp.90.000,00./Kg. Maka, saat ini para pemilik kedai kopi lebih banyak membeli biji kopi Asalan Semi Wash” ujar Bapak Dedi Sahyana.

Dengan begitu, UMKM Kopi KATENJO tetap optimis bertahan di tengah kelangkaan biji kopi dan kenaikan harga. Ditambah lagi, UMKM Kopi KATENJO mencoba bersinergi bersama Mahasiswa KKN UPI kelompok 176 dalam bidang pemasaran di media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun