Mohon tunggu...
Euri Ametsa
Euri Ametsa Mohon Tunggu... Buruh - manusia biasa

Mencoba menulis kembali

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kesepian dan Sebatang Tali

1 Oktober 2018   17:13 Diperbarui: 1 Oktober 2018   17:52 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin berhenti beranjak
Mati dan dilupakan
Tak berarti dan tak dihakimi
Menjadi pasir di antara pantai-pantai
Menjadi abu di antara reruntuhan-reruntuhan
Menjadi bayang di antara objek-objek yang di lintasi cahaya
Mati dan tak bersuara
Mati dan tak perlu berarti
Mati dan dilupakan dan melupakan segalanya
Kesunyian ini membunuh khayalan, menumbuhkan kenyataan
Aku bukan raja, hanya kata dibalik debu perpustakaan
Aku bukan apa-apa
Hanya bayang yang menumbuhkan kematian sebelum malaikat maut melihat notifikasi

*

Kemana aku akan pergi
Diri meratapi puing-puing
Seorang diri mencaci maki
Seorang diri mencincang kenyataan yang ku dambakan


Sepi
Sepi
Sepi
Mati
Mati
Mati


Kapan malaikat itu datang?
Pecundang ini sudah lelah menanti
Di tengah jalan yang tak ingin diselesaikannya

*

Mataku tak bisa menidurkan kepala
Puing-puing ingatan memaksakan diri untuk bangun
Aku menambatkan emosi yang berpacu dengan omong kosong
Mencerca hidup yang tak jelas arah dan menanti kematian


Tidak
Tidak ada
Tidak ada lagi
Tidak ada lagi kehidupan itu


Sayang, kapankah kau akan datang?
Aku tidak ingin didahului tali gantungan ini

2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun