Mohon tunggu...
Edi Tempos
Edi Tempos Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya lahir di sumatera selatan, pernah tinggal di jambi. Lalu sekarang berada di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menikmati Kemerdekaan dari Jeruji Besi

16 Agustus 2010   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

17 Agustus dalam penjara,- sel berukuran 2 x 4 meter itu dihuni oleh 9 orang tersangka. pintu jeruji besi itu, berukuan 80 cm x 200 cm seakan mencemooh; "mati kau ! menikmati kemerdekaan dengan badan terkurung." Jendela berukuran 80 cm x 100 cm yang dijeruji dengan besi berdiameter 16mm, samar-samar memberi khabar,- memberi kesempatan kepada kami untuk mendengarkan siaran langsung dari sebuah stasiun televisi swasta, dari istana republik yang saat itu dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono bersama Jusuf Kallah. TV di pos penjagaan sepertinya sengaja diperbesar volumenya oleh polisi,- sekaligus sebagai sipir kamar tahanan.

Sementara seorang tersangka masuk ke kamar mandi, dia ingin membuang hajat, sambil bersiul irama lagu 17 Agustus 1945. Siulan kecil ini, mengingatkan aku tentang peristiwa penangkapan satpolairud, tengah malam itu,- kami sedang mencari ikan. Berbekal senter sebagai penerang,- dengan sampan tanpa mesin, dan sebuah aki mobil yang sudah di modif, untuk menyetrum ikan. Aku bersama saudara kakak iparku menyusuri sungai. Jaring yang dilengkapi kabel telanjang,- sudah siap menjalankan fungsinya.

Setelah beberapa kali menjalankan pekerjaan menangkap ikan, tiba-tiba datang polisi. Dan perintahkan kami berhenti dan jangan bergerak. Polisi mengambil peralatan jaring yang dilengkapi kabel setrum ikan. Lalu perahu kecil kami ditarik, degan boad menuju ke kantor polisi terdekat. Kami baru berhasil mengumpulkan ikan dari bantaran sungai lebih kurang setengah kilo. Apabila dijual baru menghasilkan uang sepuluh ribu rupiah.

Polisi tidak mau tahu,- ukuran hukum bukan soal banyak atau sedikit ikannya. Kami disangka merusak habitat sungai. Karena menangkap ikan dengan setrum, dengan aliran listrik.  Aku sudah berusaha menjelaskan, bahwa dengan aki mobil ini,-ikan tidak mati. ikan hanya teler sementara, kemudian kami ambil dengan cedokan jaring.

Polisi telah menahan kami, dengan sangkaan undang-undang pidana khusus tentang perusakan lingkungan, terutama merusak ekosistim dan habitat sungai. Perahu kami dinaikan ke darat, dijadikan sebagai berang bukti, dayung yang digunakan dilebel untuk menjadi barang yang akan dihadirkan di pengadillan, menjadi fakta persidangan. ***

Upacara kenegaraan hari kemerdekaan masih berlangsung, yang bisa kami nikmati dari suara televisi. Datang seorang polisi dan langsungberbicara " Para tahanan anda akan kami keluarkan dari sel, karena hari ini hari kemerdekaan. Anda semua bisa merdeka sejenak, sambil berolahraga. Kalau anda mau lari,-larilah karena semua penjuru lapangan telah dijaga.

Pintu sel terbuka, satu persatu kami keluar dan berjalan tidak terlalu cepat menuju lapangan yang tempatnya tepat di depan sel,- sebetulnya hanya beberapa langkah sudah sampai. Karena beberapa hari terkurung dalam ruangan sempit,- dan dihuni banyak orang. Langkah kami terbisa biasa bergerak lamban. Si polisi kembali memberi intruksi "gerak-gerakanlah lengan tangan dan kaki anda. lalu tarik napas dalam-dalam,- tahan sebentar,- dan hembuskan"

***

Karena ruangan tahanan sementara di polisi sempit, dihuni over kapasitas,- pada 18 Agustus kami dipindahkan,- atau dititipkan di Rumah Tahan. Sore hari itu kamii sampai di Rutan (rumah tahanan) yang dikhususkan bagi tersangka yang belum menjalani persidangan, atau sedang menjalani persidangan di pengadilan negeri,- atau tahanan yang belum memiliki keputusan hukum tetap. Rutan itu terdiri dari 32 kamar, dengan bangunan berlantai 2, berdiri diatas lahan tidak lebih dari 3000 meter persegi. Sementara menurut papan informasi yang terpampang di ruangan indentifikasi,-tahanan saat itu sudah berjumlah 980 orang.

Sebagai seorang tahanan kami menjalani beberapa tahapan standar bagi seoorang kriminal. Yaitu di sidik jari Ulang, dada kami ditulis pakai tinta biru tulisan berisi informasi berat dan tinggi badan, serta pasal pasal yang menyebabkan kami di tahanan.

Sebagai tahanan baru di rutan ini, kami cukup beuntung,- Karena pada malam 18 Agustus akan ada panggung hiburan bagi penghuni rutan. Acara 17 Agustusan adalah prakarya para napi,- yang di koordinir seorang ketua napi,- yang disebut forman. Tidak jelas apa itu forman,- yang terpenting forman adalah napi yang cukup di segani, memiliki akses ke para sipir, ke para kelompok napi dan juga mengkoordinir petugas gotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun