Mohon tunggu...
ESTI WIDIAWATI
ESTI WIDIAWATI Mohon Tunggu... Guru - Guru | Penulis

Selain aktif mengajar saya juga hobi menulis artikel, buku, juga bahan ajar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hari Guru Nasional: Perubahan Mental Siswa dan Tantangan Adab Anak Gen Z terhadap Guru

24 November 2024   19:08 Diperbarui: 24 November 2024   19:14 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Guru Nasional menjadi momen refleksi untuk mengapresiasi perjuangan guru dalam membentuk karakter bangsa. Namun, tantangan yang dihadapi guru di era Gen Z sangat berbeda dibandingkan dengan generasi 90-an, khususnya dalam membangun adab siswa terhadap guru.

Mental Siswa Zaman Sekarang vs. Era 90-an

Pada era 90-an, siswa cenderung memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap guru, dipengaruhi oleh pola asuh yang otoritatif dan nilai-nilai tradisional. Sebaliknya, generasi Gen Z---yang tumbuh di era digital---sering kali memiliki perspektif berbeda. Keterbukaan informasi membuat mereka lebih kritis, tetapi juga berisiko kurang menghargai otoritas, termasuk guru. Dalam beberapa kasus, perilaku tidak sopan bahkan meningkat menjadi kekerasan, seperti insiden siswa SMP di Lamongan yang menyerang guru setelah ditegur.

Tekanan lingkungan sebaya dan pengaruh media sosial turut memperkuat perilaku ini. Dalam kelompok yang tidak menjunjung nilai-nilai sopan santun, siswa cenderung mengikuti perilaku negatif demi diterima.

Tantangan Adab Gen Z terhadap Guru

Beberapa contoh ketidaksopanan siswa terhadap guru, seperti meremehkan, membantah secara kasar, hingga kasus ekstrim kekerasan, mencerminkan tantangan yang kompleks. Faktor seperti kurangnya pendidikan karakter dan lemahnya penegakan disiplin menjadi akar masalah. Di sisi lain, pergeseran nilai-nilai dalam keluarga juga berperan signifikan.

Insiden baru-baru ini di Lamongan, di mana seorang siswa menyerang guru dengan senjata setelah ditegur, menyoroti urgensi masalah ini. Kasus ini menunjukkan kurangnya pengendalian emosi pada siswa dan perlunya pendekatan tegas dalam pendidikan karakter.

Upaya Mengatasi Masalah

  1. Pendidikan Karakter yang Terintegrasi: Pendidikan sopan santun dan nilai-nilai dasar seperti empati dan penghormatan terhadap otoritas harus menjadi prioritas. Program sekolah yang melibatkan siswa dan orang tua dalam dialog konstruktif dapat membantu.

  2. Membangun Hubungan Guru-Siswa yang Positif: Guru perlu menjadi figur yang tidak hanya tegas tetapi juga peduli. Komunikasi yang efektif dapat menciptakan hubungan yang saling menghormati.

  3. Penegakan Disiplin yang Adil: Aturan yang tegas tetapi berlandaskan pendekatan mendidik perlu diterapkan. Contoh nyata konsekuensi dari perilaku buruk akan membantu siswa memahami batasan.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun