Mohon tunggu...
Esti Estiarati
Esti Estiarati Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis untuk Menikmati Hidup

Hai, menurut saya kehidupan kita di dunia ini ibarat sebuah roda yang sedang berputar. Saat berada di atas ,atau di bawah, gembira atau sedih, sehat atau sakit, semua itu adalah bagian yang akan kita hadapi, tak peduli siapa dia. Tetaplah tenang, dan jangan berlebihan. Mari kita berbagi lewat tulisan.. karena saya seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kota Depok, senang membaca dan menyanyi buat suami dan anak, dan sangat membutuhkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat. Semoga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serunya Nonton Sepakbola Dunia bareng Keluarga

14 Juli 2018   18:16 Diperbarui: 14 Juli 2018   18:37 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serunya Nonton Sepakbola Dunia bareng Keluarga

Hari-hari belakangan ini suamiku jadi gemar duduk di depan TV untuk menyaksikan pertandingan sepak bola dunia. Demikian pula dengan anak lelaki kami. Ya, keduanya memang suka sepak bola. Kami yang perempuan, terpaksa mengalah. Saluran televisi sudah dibooking para lelaki. Aku heran, mengapa hampir semua kaum lelaki menyukai permainan sepak bola ya?

Hus. Bukan permainan Dik, sanggah suamiku. Ini pertandingan kelas dunia. Lihat saja yang menonton langsung disana, pada serius kan wajahnya? Harap-harap cemas lho. Jangan disepelekan, hahaha.. katanya lagi, penuh pembelaan.

Hadeuh, dia berbicara seperti itu tanpa sedikitpun menoleh padaku. Tatapan matanya lurus, focus ke televisi. Sesekali tangannya mengambil  kacang garuda yang sejak dahulu memang telah menjadi cemilan kesukaannya.

"Ne..Mas, memangnya yang menarik apa sih? Kenapa bela-belain menonton sampai tengah malam?" Tanyaku penasaran.

"Lha ya pingin lihat golnya lah.." Jawabnya santai. O gitu? Kalau begitu menontonnya bisa kapan saja dong. Kan, bisa lihat siaran ulangnya. Enteng jawabku.  Entahlah, aku ingin kali ini suamiku menganggap sepakbola itu sebagai hal yang biasa saja. Tidak menonton juga tidak mengapa kan? Tetapi suamiku diam saja. Pandanganya masih ke arah pertandingan yang sedang berlangsung. Menurutku, sepakbola itu permainan yang membosankan, bagaimana harus mengoper bola dan membawanya ke dekat gawang untuk kemudian ditendang, beradu siku, badan, hingga jatuh bangun,  mati-matian berusaha agar bola bisa masuk gawang lawan. Wah, ternyata tidak mudah juga ya, untuk menciptakan sebuah gol, batinku.

Kudengar suami dan anak lelakiku sesekali mengomentari jalannya pertandingan. "Aduh, ko gak lihat-lihat dulu dimana temannya.." Hati-hati dong..ko salah mengoper bola.."

"Nah kaya begini dong.."

 Kalau ada yang gagal memasukkan gol, jawabnya ; Aduuh...aduuhh..salah ngukur dia..Aahh.." Teriaknya, sambil memegang rambut  kepalanya.

Kalau mendengar expresi ini, aku bertanya lagi, "Memangnya mendukung siapa? Kan bukan bangsa kita yang main?" Jawab suamiku, "Yang didukung, yang bagus atuh", jawabnya nyengir.  Hmmm...Aku tambah bosan saja melihat pertandingan bola ini. Jujur saja ,kalau yang sedang bertanding itu bangsa kita, masih lebih baik dan  aku juga ingin melihatnya, ya sesekali saja sih..soalnya aku tidak suka sepakbola. Anywhere, anytime. Melihatnya capek, lapangannya terlalu luas. Haha..

Hari ke-hari selanjutnya, aku jadi terbiasa duduk mendampingi suami menonton pertandingan ini. Ya, kalau sudah malam begini, memang waktunya istirahat bukan? Pekerjaan rumah sudah diselesaikan pula. Waktu pertandingannya benar-benar pas dengan waktu luangku. Hmm...

Tanpa kusadari, akupun sesekali ikut mengomentari jalannya pertandingan ini dan sebagai  penonton pemula, komentarku hanya seputar ; "Wah, kipernya melamun..". " Lho kok kasar mainnya"? "Kenapa dapat kartu kuning, memangnya wasit tidak boleh diprotes ya?"

Pertanyaan atau pernyataan ini..  tidak kuminta jawabannya dari suamiku yang duduk di sebelah. Dia sudah terlalu asyik untuk diganggu.

Hmm.. Sepertinya harus ada cemilan nih, bayangku. Sesekali membuat suami happy, kan baik juga ya. Sebungkus kacang kulit garuda kesukaannyapun kini  hadir di hadapannya.

Naah..kalau begini, seru juga kan nonton sepakbola? Haha, katanya senyam-senyum sambil meraup kacang kulit yang kutaruh ke dalam mangkuk. Betul sekali, cinta bisa datang lewat makanan. Ayo, sediakan selalu cemilan kesukaan keluarga kita di rumah.

marketing.co.id
marketing.co.id
Baginya, belum afdhal kalau tidak ada cemilan kacang. Khusus kali ini, mungkin yang dipikirkannya, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Aku sih terserah saja. karena pada dasarnya kami sama-sama suka makan kacang kulit Garuda yang renyah. Kacang sukro juga favoritnya.

Oke, sepertinya sekarang aku tidak masalah melihat antusiasme orang menonton pertandingan sepak bola. Selain itu, olah raga ini memang paling banyak digemari kaum lelaki. Aku jadi ingat, bahwa di dalam otak lelaki itu prosentase kesukaan SPORT atau olah raga pada kaum lelaki lebih besar dibanding kaum hawa. Dengan berolahraga, dia bisa mengeluarkan hormon endorfin atau hormon kebahagiaan yang suka atau tidak, sebenarnya baik untuk kesehatan jiwa. Karena itu, kata seorang psikolog, jangan larang anak laki-laki kita untuk berolahraga meski dilakukan pada malam hari. Dia butuh penyaluran.

Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan menonton pertandingan olah raga saja, hormon kebahagiaan itu akan muncul? Yang jelas, Euphoria suami dan anak laki-lakiku muncul saat menonton pertandingan ini. Tertawa lepas, semangat dan mata yang tampak menyala saat melihat detik-detik pemain unggulannya menggiring bola, hingga berteriak histeris seperti anak kecil. Aha, geli juga melihat ekspresinya. 

Tapi menurutku, berlebihan juga ya. Hmm... Untung ada Kacang Garuda yang renyah, si doi membuatku cukup bahagia saat menguyahnya. Ya, begitulah, bahagia kami datang dari sumber yang berbeda. Kalau bagi suamiku, mungkin kepuasannya double, bisa menonton sepak bola sekaligus bisa menikmati cemilannya ini. Jadi, supaya suasana menonton tambah asyik, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda deh. Yeii...Gol! 1-0 untuk tim kesebelasan Jepang, favorit keluargaku. Senyum bertambah, saat gol kembali tercipta. 2-0! Yattaa... (Bahasa Jepang, artinya Yes!Hore!).... Hebat! Anakku berjingkrak-jingkrak. Baginya, bukan karena Jepang satu-satunya negara Asia yang masuk Babak 16 Besar  Piala Dunia saja, tetapi dulu dia besar di Jepang. Dia masih menganggap Jepang adalah tanah air keduanya. Hahaha. Pagi hari sebelum pertandingan, kudengar dia menelpon temannya, meminta doa dan dukungan bagi kesebelasannya. Oala Nak, memangnya kamu orang mana sih?

Menonton pertandingan sepak bola dengan sukacita. Rela melembur sampai jauh malam demi menyaksikan pertandingan ini. Semua kesebelasan yang bertanding rasanya ingin ditonton. Setiap hari mengecek jadwal pertandingan yang bisa ditemukan di media sosial dengan mudah. Apdate hasil pertandingan dan lain-lain. Demikian beberapa hal yang dilakukan masyarakat kita. Hampir semua group chatting yang kuikuti, selalu membahasnya, diselingi guyonan berupa gambar-gambar atau Intermezzo yang bisa membuat kita tersenyum-senyum.

Menurutku, adanya Pertandingan Sepak Bola Dunia ini, sedikit banyak membuat masyarakat kita lebih bersemangat melalui hari-harinya. Masa sih? Seolah ada yang ditunggu-tunggu. Minimal bisa meluapkan kegembiraan lewat tendangan gol yang dilihatnya, sebagaimana yang dikatakan suamiku diatas, bahwa yang dinantikan sebenarnya adalah ketika terjadinya gol-gol hebat itu. Tetapi rupanya bukan hanya itu, karena toh, jalannya pertandingan itu wajib mereka nikmati dari awal hingga akhir pertandingan. Aku katakan pada suami dan anakku.. Silahkan menonton bola, tetapi selesaikan dahulu tugas-tugas rutinnya, supaya tidak terbengkalai. Oke-oke, katanya. Apapun siap dilakukan demi bisa menonton pertandingan ini. Salah satunya adalah dengan mempersiapkan antena televisi yang baik. Atau jikapun gambar yang didapat tidak begitu bagus, merekapun masih mau menyaksikannya. Tidak apa-apa, daripada tidak sama sekali.

Menonton pertandingan Sepak Bola sepertinya telah menjadi kegiatan yang menantang dan mengasyikkan bagi kaum lelaki kita. Ya, minimal sebagai hiburan, setelah penat beraktifitas seharian di kantornya. Aku maklum juga akhirnya. Aku yakin, suami dan anak laki-lakiku bisa mengatur waktunya dengan baik. Kegiatan menonton pertandingan sepak bola kini tidak kularang lagi, karena aku ingin mereka bahagia juga seperti yang lainnya. Tetapi dengan syarat, tidak melalaikan kewajiban yang lainnya seperti ibadah, makan, mandi, mengerjakan tugas dan lain-lain. Ibaratnya, Boleh kejar Piala Duniamu, tetapi jangan lupa, kejar juga Piala Akhiratmu. Bagaimana, mantap bukan prinsip keluarga kami?  Bahagia dunia dan akhirat kelak akan kamu dapatkan. Dan jangan lupa, pasti keluarga akan tambah menyayangimu. Yakin deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun