Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh penjuru dunia menyebabkan perubahan besar di berbagai sektor, terutama sektor bisnis. Wabah penyakit menular tersebut berimbas pada krisis ekonomi yang sulit diantisipasi. Bagi perusahaan dengan level maturitas manajemen risiko rendah atau belum punya manajemen kelangsungan bisnis (Business Continuity Management/BCM) pada umumnya kurang terstruktur dalam merespon Covid-19.Â
Banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan, dan kehancuran. Dampak Covid-19 terhadap perekonomian akhirnya juga berimbas kepada para pekerja, banyak yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terutama pada empat sektor utama perekonomian Indonesia yaitu pariwisata, perdagangan, manufaktur dan pertanian. Tetapi tidak semua perusahaan mengalami kebangkrutan dan kehancuran, banyak perusahaan yang masih bertahan dan bahkan bisa meraih keuntungan yang lebih besar.Â
Kenapa bisa begitu? Yuk simak lagi lanjut.
"Budaya Risiko Dapat Mengurangi Dampak Pandemi Covid-19?"
Budaya sadar risiko merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan penerapan manajemen risiko di suatu organisasi. Perusahaan harus membangun budaya risiko, agar perusahaan siap untuk menghadapi risiko karena proses pengambilan keputusan organisasi telah menimbang unsur risiko dan melekatkan manajemen risiko dalam organisasi, serta untuk mengurangi dampak negative, dan mengelola peluang yang ada.
Budaya risiko meliputi bagaimana perilaku individu-individu di dalam memahami risiko-risiko organisasi, bagaimana mereka berdiskusi dengan rekan kerja mengenai risiko serta tingkat risiko yang dapat diterima organisasi.Â
Proses yang berkaitan dengan budaya risiko biasanya dari motivasi pimpinan puncak dan komitmen untuk melaksanakan manajemen secara konsekuen.Â
Budaya risiko yang kuat memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi karena dapat mendukung organisasi dalam memanfaatkan peluang-peluang tanpa 'menggiring' organisasi berhadapan dengan risiko-risiko yang membahayakan organisasi itu sendiri.
Dengan kata lain, organisasi dengan budaya risiko yang lemah memberi dampak negatif terutama harus berhadapan dengan risiko yang besar, yang mungkin mengancam keberlanjutan organisasi.Â
Contoh budaya risiko yang bisa dilakukan perusahaan itu membuat analisis dan rencana mitigasi, serta membuat individu masing masing dapat berperilaku dan membuat keputusan yang rasional dalam pengelolaan risiko.Â
Perusahaan dituntut tetap mampu memberikan layanan standar minimum kepada pekerja terutama yang memiliki kepentingan di tengah work from home atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dan perusahaan sudah lebih paham risiko dalam covid-19 ini , sehingga membuat perusahaan mengubah model bisnisnya dan membuat strategi, serta beradaptasi dengan keadaan sekarang.