Mohon tunggu...
Dina Esterina
Dina Esterina Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta di Gereja Kristen Pasundan. Blogger di www.dinaesterinastories.blogspot.com dan podcaster di AFTERCOV

Tertarik menyororot dan menautkan makna hidup sebagai seorang yang spiritual dengan berbagai fenomena yang ada di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Siapa yang Menangis Paling Hebat! (Dampak BBM)

22 November 2014   01:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari setelah BBM harganya dinaikan, semua orang langsung merasakan dampaknya. Tarif angkutan umum naik. Belum lagi isu ongkos commuterline juga bakal naik karena memakai listrik. Harga cabe meroket. Tiba-tiba saya kaget karena harga minuman mineral yang saya beli juga ikut naik. Saya tercenung, sedemikian dahsyatkah pengaruh naiknya BBM bagi hidup masyarakat Indonesia.

Belum lagi habis keheranan saya, unjuk rasa disiapkan di mana-mana. Kemarin supir angkot unjuk rasa, sekarang pabrik. Di Tangerang, unjuk rasa buruh pabrik di kota menimbulkan dampak kemacetan luar biasa. Meski, tanpa unjuk rasa pun tetap saja macet jalannya.

Seperti yang lainnya, saya ingin sekali ikut salam gigit jari. Meski saya akui, saya gak pernah memakai salam dua jari meski mendukung Joko Widodo. Alasan saya memilih beliau adalah karena beliau lebih baik dan bisa dipercaya akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Jika kemudian timbul gerakan salam gigit jari, itu malah bagus untuk membuat beliau bekerja dengan seimbang: antara pro dan kontra, membuat tetap objektif. Di satu sisi, saya optimis, beliau bisa memberi yang terbaik di tengah carut marut Indonesia ini.

Merasakan dan mendengar pidato tiba-tibanya mengumumkan kenaikan BBM juga bikin hati meringis. Saya sedih. Sesedih beliau, yang katanya sebenarnya, mesti dinaikkan Rp.3000 tapi malah hanya Rp.2000. Saya percaya semua orang yang punya mobil lebih dari satu, ke mana-mana naik motor, dan bergantung pada mobilisasi untuk mengangkut barang dagangan akan berteriak paling keras.

Tapi, kemudian saya berpikir. Bukankah ini karena kita semua dininabobokan oleh kemudahan dan kemewahan. Semua ini lambat laun mesti terjadi. Meski presidennya bukan Jokowi, BBM akan tetap naik: siap atau tidak siap. Kenapa? Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu diperbaiki. Dan terutama, mentalitas kita yang terbiasa menikmati subsidi yang sebenarnya merugikan banyak orang perlu diubah.

Kini Indonesia belajar bertabah hati. Pak presiden seakan sedang memaksa kita belajar naik sepeda, daripada memberi sebuah sepeda motor. Alasannya, mungkin itu lebih hemat, lebih aman, lebih nyaman, dan lebih irit. Kita maunya ini, tapi pemimpin kita maunya itu. Tinggal pilihan kita saja, mau nurut atau tidak. Mau belajar untuk memberi kesempatan orang yang kita percaya melaksanakan kebijakannya atau tidak. Tidak fair jika di awal perjalanan saja, tuntutan kita sudah terlalu berat. Beri kesempatan mereka jatuh bangun dalam pelayanannya.

Nah, apa yang bisa saya lakukan. Berdoa, bertabah dan berserah. Saya percaya bahwa kita akan tetap dipelihara oleh sang MahaKuasa. Dan, jika ini adalah hikmat yang diberi Gusti pada pemerintah, maka biarlah Allah memberi jalan keluar di sisi yang satunya. Bukankah ini saatnya kita menjadi kompak satu dengan yang lainnya?

Ada juga efek bagusnya ketika BBM naik (falsafah mengambil hikmah baik dalam segala sesuatu). Kita jadi kreatif mencari tambahan uang (asal yang halal, yo!). Kita jadi berpikir banyak kali untuk pergi ke ujung gang beli rokok saja pakai motor (kebiasaan tuh!). Dulu, orang selalu berkata, "kurang! kurang!" karena sikap konsumtif kita tidak seimbang dengan gaji. Ada banyak barang-barang palsu bertebaran karena dengan uang receh cukup banyak kita bisa beli barang palsu dengan mudahnya. Ada banyak orang buang makanan di resto fast food dan mal-mal karena sekali lagi, punya uang receh banyak terutama di awal bulan. Ketika semua jadi mahal, kita selalu berpikir dua hal: menghemat dan menambah penghasilan. Di satu sisi ini mengubah kita.

Di sisi lain, pak Presiden yang sangat peduli dengan orang miskin, tidak boleh lupa juga dengan kalangan atas dan menengah. Mereka pasti merasa paling gerah. Pengurangan karyawan mulai terjadi di sana sini karena ongkos produksi yang naik. Meski ada BPJS yang bisa mengakomodir semua kesehatan masyarakat, tapi orang menengah atas juga punya kebutuhan lain berkaitan dengan usaha dan pekerjaannya. Investasi dan kepentingan pendapatannya. Baiklah, jika yang menengah sudah tidak perlu lagi antre kredit mobil murah, tapi berikan akses transportasi publik paling baik dan terjangkau. Dan, lebih penting lagi adalah urusan beras, telur, minyak goreng, gula, dan kecap. Menteri Perdagangan kita yang kita bebani tugas paling penting di beberapa hari ini.

Kami di gereja, tidak masalah jika mesti ngeliwet (nasi khas Sunda yang dibuat hanya dengan bawang merah, minyak gorang, sereh dan salam) bareng di Natal ini. Tapi, khan ga tiap hari? hehehe! Biarlah, kita menangis bersama penentu kebijakan kita yang tentunya menangis paling hebat ketika rakyatnya belajar naik sepeda lagi. Tapi, semoga kita tidak naik sepeda dalam keadaan perut yang lapar dan nafas yang terengah-engah. Semoga, tangis ini bukan karena sedih dan marah, melainkan karena harus berpuasa sesaat: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.

Beri pemerintah kami, hikmat dan kebijaksanaan ya Tuhan!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun