Mohon tunggu...
Esteen Arum Satyani
Esteen Arum Satyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa semester tiga yang meyukai tantangan dan hal baru untuk bisa mengasah soft skilll lebih jauh. Suka mendengarkan dan suka bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Cerita Pendek "Pengarang Telah Mati" Karya Sapardi Djoko Damono

29 November 2022   22:35 Diperbarui: 29 November 2022   22:41 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cerpen “Pengarang Telah Mati” banyak mengungkapkan problematika kehidupan yang digambarkan melalui tokoh-tokohnya, dan direpresentasikan melalui gaya penulisan yang indah dan semi puitis. Bahkan, dalam cerpen ini mengandung kritik sosial dan memuat pandangan hidup berisikan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman pada pembaca. 

Latar cerita cerpen ini adalah huru-hara di Jakarta bulan Mei tahun 1998 di mana saat ini Indonesia sedang panas menuntut adanya reformasi. 

Cerpen ini menceritakan tentang seorang tokoh fiksi bernama Sukram yang ditinggal mati oleh pengarangnya sebelum si pengarang sempat menyelesaikan cerita tentang Sukram sehingga dalam buku ini Sukram meminta seorang teman pengarang untuk melanjutkan dan menyelesaikan ceritanya. 

Dalam cerpen yang diberi judul sama dengan judul bukunya ini, amat sarat akan konflik seperti misalnya konflik perselingkuhan Sukram dengan Ida, konflik munculnya benih-benih cinta Sukram kepada Rosa, dan ada juga konflik politik dimana dalam cerpen tersebut diceritakan para mahasiswa dari tempat Sukram mengajar mengadakan demo di gedung DPR.

Karya sastra membutuhkan sebuah apresiasi sastra untuk menjadikan pembaca lebih paham dan juga dapat memberikan pendapat mengenai sebuah karya sastra. Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Perhatian utama pada pembaca menjadi salah satu bentuk pendekatan pada apresiasi sastra, yaitu pendekatan mimetik. Pendekatan ini memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. 

Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Setelah diadakan responsi pembaca terhadap cerpen Pengarang Telah Mati, ternyata diketahui berbagai pandangan yang dikemukakan oleh pembaca mengenai tema cerpen tersebut.

Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman ataupun sepanjang.

Sedangkan menurut para ahli mendefenisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai berikut:

  • Menurut Teeuw, 1994 teori Pendekatan pragmatik adalah suatu bagian ilmu sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi pembaca sebagai penangkapan dan pemberi makna terhadap karya sastra.
  • Relix vedika (polandia), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak bahnya artefak (benda mati) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses konkritasi.
  • Dawse user 1960, pendekatan pragmatik merupakan interprestasi pembaca terhadap karya sastra ditentukan oleh apa yang disebut “Horizon Penerimaan” yang mempengaruhi kesan tanggapan dan penerimaan karya sastra.

Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat memberi kesenangan dan kaidah pembacanya dengan begitu pendekatan ini mengabungkan diantara unsure pelipur lara dan unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif. 

Setiap generasi, setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak berarti bahwa interprestasi hanya subjektif belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun