Satu kelebihan manusia dibanding makluk hidup lainnya adalah akal budinya. Kemampuan manusia memang melebihi segala makluk ciptaan lainnya. Dalam banyak hal bisa sama dengan tumbuhan dan apalagi hewan, namun ia tetap unggul berkat akal budinya.
Ia dapat mengingat masa lalu, menanggapi apa saja yang dialami pada masa kini, juga sanggup membayangkan masa depannya.
Belum ada sekolah tumbuhan yang dikelola tumbuhan sendiri; tidak ada latihan ketrampilan secara formal yang diselenggarakan sekelompok binatang bagi sesamanya selain sekedar meniru binatang yang lebih berusia.
Sangatlah berbeda dengan makluk manusia yang mampu menyelenggarakan pendidikan formal bagi yang berusia lebih muda.Â
Rupanya benar yang diungkapkan Dick Hartoko, SJ, "Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda" yang mendampingi manusia yang lain lebih manusiawi.
Akal budinya yang tidak dimiliki makluk lainnya terus-menerus diberdayakan agar lebih mampu menjadi manusia pemikir, manusia perasa dan manusia pembuat.
Ketiga kemampuan dasar inilah yang senantiasa diasah dalam dunia pendidikan formal baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Bahkan sejak pendidikan usia dini di taman bermain, anak-anak dipacuh untuk mengolah akal budi, rasa dan kehendak, serta ketrampilan diri demi pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri.
Secara kognitif, pendidikan formal di sekolah-sekolah berhubungan langsung dengan daya ingat. Akal budi membuat makluk manusia mengetahui banyak hal, namun perlu diingatkan lagi dengan pembeberan dan penjelasan ilmu-ilmu yang telah dikemas pendahulu dalam bidang kajian seperti ilmu alam, Ilmu sosial dan ilmu bahasa. Â
Hati nurani yang dimiliki umat manusia. Tetapi tentunya interaksi dengan sesama insan lainnya membuatnya semakin sadar bahwa ada "dia/mereka" lain selain dirinya. Dia semakin yakin bahwa dia berada di antara orang lain.
Begitupn menyangkut ketrampilan-ketrampilan lainnya selalu ada hubungan dengan sesama manusia. Entah dicontoh atau mencontohi orang lain, pastinya ada ada relasi timbal balik yang membuat seseorang semakin trampil dalam mengolah hidupnya sendiri.
Walau demikian, mesti diakui bahwa makluk manusia itu mempunyai kelemahan, kekurangan. Ia masih butuh orang lain dalam hidupnya. Otak, rasa, kehendak bebas dan kemampuan kinestik yang dimilikinya membuatnya bisa mandiri, namun kehadiran orang lain kiranya tetap penting setidaknya sebagai "perangsang" yang memacuh orang agar lebih berkembang ke arah yang lebih human.