Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hal-Hal yang Perlu Kita Ketahui tentang Varian Omicron

8 Desember 2021   06:11 Diperbarui: 8 Desember 2021   06:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: https://www.wdio.com/coronavirus/who-names-transmissible-new-covid-19-variant-omicron/6314114/

Pada 24 November 2021 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kepada dunia mengenai munculnya satu varian baru virus Corona B.1.1.529 atau lebih dikenal dengan nama Omicron. Varian ini pertama kali terdeteksi dari sebuah sampel yang dikumpulkan pada tanggal 11 November 2021 di Botswana dan pada tanggal 14 November 2021 di Afrika Selatan.

WHO mengklasifikasi varian Omicron dengan label mengkhawatirkan. Keputusan itu diambil berdasarkan bukti-bukti bahwa varian baru tersebut memiliki kemampuan menyebar dengan mudah dan tingkat keparahan yang ditimbulkan tinggi.

Pusat-pusat penelitian di seluruh dunia terus berjibaku untuk dapat mengungkapkan dan mengetahui secara lengkap informasi mengenai varian Omicron, misalnya apakah lebih ganas daripada Delta, seperti menimbulkan gejala yang lebih parah. Namun, perlu diingat pula bahwa varian apapun dapat menimbulkan gejala yang parah dan mengakibatkan kematian, terumata pada kelompok orang yang rentan.

Bagaimana varian Omicron bisa muncul?

Menurut Trevor Bedford (ahli virologi komputasi dan profesor di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson, Seattle) dan Richard Lessells (spesialis penyakit menular di Universitas KwaZulu-Natal, Durban, Afrika Selatan), berdasarkan model pohon filogenetika atau pohon evolusi, varian Omicron berevolusi dari galur yang beredar pada pertengahan tahun 2020. Anehnya, dalam beberapa bulan kemudian tidak ada jejak yang ditinggalkan dari keseluruhan proses evolusi yang telah terjadi. Hal ini membuat para ilmuwan sulit menemukan informasi bagaimana ketika berubah menjadi Omicron, varian yang sekarang kita kenal.

Kedua ahli tersebut menjelaskan bahwa paling tidak ada tiga hipotesis mengenai kemunculan varian Omicron. Pertama, berasal dari hewan, yaitu dari sejumlah populasi hewan tak diketahui terinfeksi, lalu menyebar kepada manusia. Walaupun hipotesis ini besar kemungkinannya tidak dapat dibuktikan, ada tanda-tanda materi genetik hewan dalam genom dan penyisipan RNA manusia.

Kedua, penyebaran tersembunyi di wilayah yang tak terpantau, yang memungkinkan virus berevolusi di luar wilayah monitor dan baru menyebar setelah mengalami mutasi yang sempurna. Namun, hipotesis ini juga sulit diterima. Jika sekarang kita tahu bahwa Omicron dapat menyebar dengan mudah, seharusnya dalam masa transformasinya juga sudah bisa menyebar (artinya ada kemungkinan untuk bisa dideteksi, kenyataannya tidak terdeteksi).

Ketiga, inkubasi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rentan akibat satu penyakit yang tidak ditangani, contohnya akibat penyakit HIV yang tidak diobati. Dalam kasus ini, orang itu masih bisa bertahan hidup dari serangan virus Corona, tetapi tubuhnya tidak mampu menghapus virus tersebut. Yang terjadi kemudian, virus itu bermutasi di dalam tubuh orang tersebut. Dari hasil penelitian Richard Lessells dan timnya, sudah terdeteksi bagaimana virus berevolusi dan varian dengan beberapa mutasi yang sama dengan varian yang menjadi perhatian muncul dari waktu ke waktu.

Trevor Bedford dan Richard Lessells mengakui bahwa mengingat penelitian untuk mengungkapkan varian Omicron masih terus berjalan, ada kemungkinan hipotesis mereka bisa berubah.

Foto: https://www.the-scientist.com/news-opinion/omicron-is-who-s-fifth-variant-of-concern-experts-urge-patience-69472
Foto: https://www.the-scientist.com/news-opinion/omicron-is-who-s-fifth-variant-of-concern-experts-urge-patience-69472

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun