Mohon tunggu...
Eko Sutrisno Hp
Eko Sutrisno Hp Mohon Tunggu... lainnya -

Blogger Goweser Jogja, owner Mie Sehati (http://miesehati.com).|.\r\n Anggota komunitas TDA, |.\r\n Blog pribadi http://eeshape.com Blogger Goweser!Runner.|.\r\nhttp://eeshape.com/ |\r\n eko.eshape@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dimana pijakanmu pak SBY?

27 November 2009   07:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:10 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_2413" align="aligncenter" width="285" caption="SBY Presiden Indonesia"][/caption]

Beberapa waktu setelah mendengarkan radio Delta FM tentang posisi SBY setelah dia memberi pernyataan tentang rekomendasi Tim 8, maka aku kemudian nulis status di Fisbuk seperti ini : ".....aku baru ngeh, bahwa apapun yang disampaikan oleh SBY pasti akan disambut dengan suara minor..", maka beberapa sambutan langsung muncul di bawah statusku.

+++ Sebenarnya yg tidak bersuara alias cuek2 saja lebih banyak.. abis klise sih master of retorika.... as usual :) Apa krn sebagian kecil rakyatnya yg nggak sabaran, mudah marah, maunya instant, kurang positive thinking, mau menang sendiri, slalu melihat kurangnya org, rasa kepercayaan rendah,... tanda2 rakyatnya sudah gak percaya lagi Pak... ...lebih cepat...lebih baik... kalau kita berpikiran arif, jgn mudah terpancing omongan org, lagipula kita khan gak tahu persis jerohannya bangsa kita, kita semua tahu ibarat penyakit bangsa kita ini penyakitnya sdh kronis tdk gampang menyembuhkan, kalau kita cekoki dgn hal2 yg tdk konstruktif, ujung2nya rakyat jg yg susah, sebaiknya samikna wa atho'na aja selalu ada alasan di balik sebuah tindakan. pertanyaan terbesarnya, mengapa kita tidak bisa tahu persis jerohannya bangsa kita sendiri. kita tahu kita berpenyakit, tapi kita tidak terlihat sungguh-sungguh ingin menyembuhkan penyakitnya. memang kalimat saya ini bisa didebat karena hanya berdasarkan perasaan bukan bukti. Namun kita diberikan hati dan perasaan oleh Allah SWT tentu bukan tanpa maksud. samikna wa atho'na... lagi-lagi seperti itu. saya tidak mempermasalahkah samikna wa atho'na jika terjadi di jaman nabi. permasalahannya pemimpin kita bukan nabi yang selalu diingatkan Allah agar terhindar dari kesalahan. Saya teringat cerita di masa Umar bin Khattab diangkat sebagai khalifah, ada rakyat yang berkata bahwa jika Umar berbuat yang benar dia akan patuh, tapi jika Umar melakukan kesalahan, pedangnya sendiri yang akan menghabisi Umar. Artinya, rakyatlah yang harus menilai bagaimana pimpinan kita. Kita ikuti ketika benar, dan kita koreksi ketika salah... koreksi di sini bisa berarti luas. intinya adalah membuat pemimpin kita tidak lagi melakukan kesalahan. satu lagi, pemimpin bukan berarti satu-satunya orang yang paling tahu tentang rakyatnya. siapakah yang paling tahu tentang kebutuhan rakyat jika bukan rakyat sendiri. bahkan rakyat kecil di desa yang jauh dari kota pun sekarang bisa menilai bagaimana petinggi negara ini bermain dalam ketoprak yang saat ini terjadi. apakah itu karena hasutan dan omongan? Wallahualam... +++ [caption id="attachment_2414" align="aligncenter" width="300" caption="Tim 8"][/caption] Wah ternyata teman-temanku sangat reaktif terhadap pernyataanku. Aku jadi ikut berpikir juga. Sinetron yang dimulai dengan adegan Kapolri vs KPK ini rupanya terus berlanjut dan terus bergulir dengan semakin kencang. Arahnya juga semakin tdiak terduga. Tiba-tib amuncul tokoh baru ataupun kondisi baru yang membuat jalan cerita yang terlihat akan berakhir dengan satu kemungkinan atau dua kemungkinan ternyata menjadi multi akhir. Ada yang tiba-tiba merasa bodoh, dan ada juga yang tiba-tiba menjadi pintar dengan membuat analisa yang logis dan penuh argumentasi. Yang terakhir ini membuat yang bodohpun semakin menjadi bodoh. Alhamdulillah, ada yang menjadi arif dengan kondisi ini. Sebenarnya sampai saat ini kita belum tahu dengan pasti siapa sang sutradara sinetron ini. Apakah pemain utamanya sudah keluar atau belumpun sebenarnya masih perlu dibahas lebih lanjut. Model masyarakat Indonesia [termasuk aku] yang sangat reaktif dan humanis telah membuat sinetron ini makin laris manis disantap pemirsanya. Pada akhirnya sinetron ini pasti akan berakhir, dan kalau mau arif, marilah kita menjadi penontonyang baik sambil berdoa agar semua ini berakhir dengan baik. Mau gaya India ataupun Hollywood, tapi sebaiknya segera berakhir dengan baik. Semoga presiden kita tahu dimana posisinya, demikian juga para petinggi kita, baik itu yang ada di Polri, Kejaksaan maupun di KPK dapat membaca posisi dan fungsinya dan mereka semua rajin menanyakan pada hati mereka masing-masing. Semoga hati mereka masih ada titik jernihnya dan semoga mereka dapat memimpin semua ini dengan hati mereka yang sudah lebih jernih. Insya Allah. Amin. +++ source gambar dari sini dan dari sini +++ dimuat juga di beblog

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun