Sekalipun begitu, ada juga para pengungsi yang lolos masuk ke wilayah Turki. Para imigran yang bisa melewati pos pemeriksaan rata-rata disembunyikan oleh para penyelundup kemudian diinapkan di tempat yang aman
Imigran yang lolos dibantu penyelundup biasanya diinapkan di dalam rumah-rumah, seringkali bangunan kumuh dan bobrok di bawah tanah atau di dasar sungai yang mengering. Dari sana, mereka menunggu dipindahkan ke wilayah Turki bagian barat.
Para pencari suaka Afghanistan sebenarnya tak peduli dengan apa yang akan dihadapinya di luar. Bertahan di negara yang dikuasai Taliban membuat mereka tak bisa tidur, bahkan untuk sekedar memicingkan mata mereka juga takut. Detik-detik bagi mereka adalah kewaspadaan
Sejak tentara AS dan NATO mulai pulang secara bertahap pada Mei lalu, kondisi di Afghanistan berubah drastis. Taliban kembali bangkit menyerang pasukan pemerintah dan merebut kota-kota utama di Afghanistan.
Hanya dalam hitungan hari, Taliban berhasil merebut belasan ibu kota provinsi di Afghanistan, hingga akhirnya menduduki Ibu Kota Kabul pada Minggu (15/8/2021).
Tentara Afghanistan di sejumlah daerah mundur tanpa perlawanan, sebagian pejabat pemerintah, termasuk Presiden Ashraf Ghani, kabur ke luar negeri
Mantan Duta Besar AS untuk Afghanistan 2014 -2016, P Michael McKinley menulis artikel berjudul “We All Lost Afghanistan” yang dirilis Foreign Affairs pada 15 Agustus lalu.
Ia mengatakan tragedi yang terjadi di Afghanistan merupakan kesalahan yang tidak dapat ditumpukan pada satu pintu saja.
“ Situasi di lapangan adalah hasil dari dua dekade salah perhitungan dan kebijakan gagal yang diterapkan tiga pemerintahan AS sebelumnya," kata McKinley dalam artikelnya
McKinley mengatakan "kemenangan Taliban" saat ini juga bentuk kegagalan para pemimpin Afghanistan memerintah dan memperjuangkan masyarakat dan negara mereka.