Mohon tunggu...
Erwin Widianto
Erwin Widianto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demam Pokemon Go

26 Juli 2016   16:14 Diperbarui: 26 Juli 2016   18:17 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu belakangan ini demam Pokemon Go melanda hampir di seluruh penjuru planet bumi. Penyebaran game ini seperti virus, cebat sekali menjangkit semua orang untuk memainkan game. Dari anak-anak, remaja bahkan teman kantor saya pun banyak yang mendownload permainan ini di Android maupun iOS. 

Saya sampai heran, dengan mudahnya game ini diterima semua kalangan dan menjadi trend baru dunia. Tak hanya teman kantor, di social media, grup whatsapp, semua tak lepas membicarakan tentang game ini. Banyak orang melakukan hal-hal yang menurut saya membuang waktu hanya untuk sekedar mendapat kepuasaan saat berhasil menangkap pokemon.

Keunikan dari game ini adalah  peran serta layanan GPS serta kamera ponsel yang akan membuat seolah pemain bisa menangkap Pokemon yang ada di dunia nyata.dengan GPS yang memanfaatkan kelebihan navigasi satelit sehingga memungkinkan pemain untuk menjelajahi lingkungan sekitar dan tempat-tempat tak terduga untuk mencari dan menangkap Pokemon. Pokemon Go sendiri dikembangkan oleh developer Niantic, John Hanke yang juga menciptakan Maps dan Google Street View.

Permainan Pokemon Go  sendiri banyak berdampak langsung pada semua kalangan, ada yang senang dan ada yang merasa dirugikan. Wajar, sesuatu yang baru selalu menuai pro dan kontra, tinggal sampai dimana develop Pokemon Go mampu berinovasi lagi untuk mengembangkan game ini sebelum orang-orang bosan dan akan ditinggalkan. Di negri ini, Pokemon Go sepertinya sukses meredakan segala dinamika isu sosial maupun politik. Semua orang tak habis membahas pokemon Go yang juga menjadi viral di sosial media. Mungkin tidak hanya disini ini saja, banyak peristiwa seakan tidak bisa mengalahkan popularitas game ini, dari terror Prancis sampai kudeta di Turki.

Sebagai orang Jawa, saya cukup prihatin melihat orang yang "tanpa unggah-ungguh", atau sopan santun memasuki tempat-tempat sesuka hati tanpa permisi, bahkan ada yang sampai berkunjung ke tempat ibadah tapi dengan niat mencari pokemon. Ini adalah bencana, ketika orang pergi ke tempat ibadah tidak mencari Tuhan, tapi pokemon. 

Percayalah, jika suatu saat kita sedang terkena musibah, jangan berharap Pokemon akan banyak membantu. Entah ada jenjang karirnya atau tidak, sepertinya demam game ini akan masih dirasakan untuk beberapa waktu kedepan, karena saya pun juga tidak terlalu paham pencapaian apa yang didapat jika seseorang berhasil mengumpulkan seluruh pokemon di muka bumi. 

Jangan sampai game ini membahayakan diri sendiri karena cara bermain game ini tidak terpusat di satu tempat seperti game kebanyakan, game ini dimainkan di dunia nyata dengan kita berjalan-jalan menangkap monster virtual. Tetap selalu utamakan keselamatan dan jangan merugikan orang lain.

Harapan saya, agar semoga semua kembali seperti semula dan biasa saja, kita mungkin boleh takjub dan antusias dengan sesuatu yang baru, bahkan bebas mengikuti dan mencari tahu.Namun lebih dari itu, jangan lupakan orang-orang di sekelilingmu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun