Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hargai Pilihan Politik Warga Kompasiana

20 April 2014   22:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dalam beberapa minggu terakhir, warga Kompasiana disuguhi berbagai artikel politik dengan berbagai warna. Ada yang menulis tentang Jokowi setiap hari. Ada yang memuji Prabowo tanpa henti. Ada juga yang kerjanya menghujat Amien Rais tanpa sebab. Tidak masalah, selama apa yang kita tulis dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan moral.

Namun ketika menyimak berbagai  tulisan beraroma politik di Kompasiana, dapat saya katakan hanya beberapa Kompasianers saja  yang tulisannya menyajikan pencerahan pada para pembaca. Saya tak ragu menyebut nama Ira Oemar, Bang Isjet dan Ben Baharudin Nur sebagai salah satunya. Sementara yang lain, mohon maaf, saya melihatnya bias, tidak objektif dan kurang berimbang.

Contoh ketidakberimbangan itu bisa kita lihat saat ada artikel yang menulis tentang Jokowi atau Amien Rais. Ketika ada penulis yang mengkritik Jokowi atau capres lain yang tidak sesuai dengan seleranya, penulis kemudian akan di cap dengan berbagai sebutan mulai dari munafiq (mengarah pada saya pribadi), antek PKS (tertuju pada Ira Oemar), Sesat pikir (Abah Pitung jadi sasaran), bahkan yang paling menyedihkan ada seorang kompasianers yang tergolong senior menuding admin sudah disusupi oleh pihak-pihak tertentu (dalam hal ini kelompok Islam garis keras? Wahaby? Syiah? HTI?)

Tuduhan yang menggelikan bagi kita mahluk berakal.Bagaimana mungkin admin yang kita nilai sudah memberikan porsi yang berimbang dalam menyajikan HL, TA dan lainnya, masih juga diragukan independensinya. Mungkin maunya mereka yang nemplok di HL, TA dan lain-lain itu adalah pandangan yang sama dengan mereka. Semuanya serba Si “A” dan artikel yang dibuat harus yang baik-baik dan tidak ada tendensi pendiskreditan. Jika otak kita saja sudah diatur dengan setingan yang harus sama dengan mereka, dapat dibayangkan bagaimana bangsa ini hanya dikuasai segelintir orang yang enggan “merayakan perbedaan” seperti bunyi tagline kompas sebagai tempat bernaung Kompasiana. Hal ini sangat berbahaya karena perilaku anti kritik ini murni warisan orde baru yang semestinya harus disingkirkan.

Saya sendiri termasuk orang yang objektif. Saya mendukung pencalonan Jokowi namun tak segan menghakimi keteledorannya soal kasus bus karatan. Saya menolak Amien Rais dengan koalisi partai Islam-nya, namun setuju jika koalisinya diperluas dengan merangkul kalangan nasionalis sebab bangsa ini kaya dengan perbedaan. Malah sangat mendukung jika koalisi ini nantinya diarahkan pada Jokowi. Harusnya langkah terakhir inilah yang kita gencarkan untuk mempengaruhi pandangan publik. Bukan menghujat Amien Rais dengan dalih menaikan dan menjatuhkan Gus Dur dan asumsi-asumsi rendahan lainnya.

Di sinilah sebenarnya masalah yang sering saya temukan di Kompasiana sehingga tangan ini malas menulis di atas dashboard.Jika admin saja dianggap sudah “ditunganggi” pihak-pihak tertentu, apalagi kita yang menulis di kompasiana ini tidak berbayar dan sekedar “merayakan perbedaan” berpikir saja.

Untuk ke depan, kita mesti berani menolak “penghakiman” sepihak terhadap orang lain dengan berbagai label yang tidak baik seperti mencap saudara sebangsa kita di PKS dengan sebutan PSK. Saudari saya ada yang berkecimpung di partai ini. begitu juga kerabat atau kenalan anda. Kita tak rela kalau ada orang yang-baik terlepas apapun partainya dengan gampang di cap PSK. Penghinaan bagi martabat saudari kita. Begitu juga jika ada yang mengkaitkan suatu perbuatan dengan menuding kelompok agama tertentu. Pandangan orang-orang seperti ini mesti berani kita lawan karena hanya merusak kenyamanan bersama saja.

Karenanya saya mengajak para kompasianers agar bersekutu dalam perbedaaan. Mari kita dukung apa yang sudah diperbuat admin selama ini dengan menghargai perannya. Kita dukung juga tulisan yang objektif dan berimbang dengan tetap menghargai sudut pandang penulisnya. Kita hargai pilihan politik para Kompasianers dengan tetap merawat perbedaaan yang ada. Biarkan perpedaan mengalir. Jangan sumbat pandangan orang lain agar sama dengan apa yang kita pikirkan. Jika ada yang suka berbuat itu, jangan khawatir, saya sudah mengibarkan bendera perlawanan. “Bendera putih” tak dikenal bagi mereka yang mau berpikir seimbang (Tawazun)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun