Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Blogger Pesanan vs Blogger Cepat Saji

19 September 2015   10:04 Diperbarui: 19 September 2015   10:21 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai istilah dimunculkan mengiringi aktivitas seorang blogger. Mulai dari blogger pesanan, karbitan sampai blogger kavlingan. Bagi seorang penulis tangguh, apapun sebutan itu nggak bakal ngefek. Dia tetap akan menulis dan membebaskan diri dari berbagai istilah yang sifatnya membebani. Seorang blogger sudah mantap memerdekan dirinya dengan menulis. Ketika kemerdekaan itu sudah diraih, dirinya pastilah enggan dijajah kembali dengan berbagai sebutan yang berkonotasi baik atau buruk. Blogger tetaplah seorang blogger, apapun labelnya, batin mereka.

Tapi okelah. Ada kalanya kita mesti bersikap sok bijak dalam mengulas sebuah persoalan. Terutama menyangkut berbagai label yang disematkan pada seorang blogger.

Dari berbagi istilah tentang blogger yang pernah saya baca, dengan senyum kemenangan akhirnya saya berani mengerucutkan berbagai sebutan tadi menjadi dua saja, yakni Blogger pesanan dan blogger cepat saji. Istilah ini ditujukan kepada siapa saja yang suka menulis di dunia maya (wordpress, blog), Kalau menulisnya di twitter atau facebook, dengan berat hati anda belum layak menyandang status sebagai blogger. Konsekuensinya mungkin anda kurang suka dan tensi darah anda lama-kelamaan “meroket”. Saran saya, segera tinggalkan artikel ini sebelum sirine ambulan bergema di depan rumah.

Langsung saja mas, Bro. Blogger di mata saya saat ini ada dua jenis, blogger pesanan dan blogger cepat saji.

Blogger pesanan umumnya menulis dalam rentang waktu lama. Namanya saja pesanan, tentu segala sesuatunya harus dipehitungkan dengan baik. Rerefensinya harus lengkap dan valid. Sisi positifnya bagi pelanggan. Mereka umumnya akan puas dengan apa yang mereka pesan sebab sudah mengetahui rekam jejak sang blogger sebelumnya. Sementara bagi sang blogger, kepuasan seorang pelanggan adalah segalanya. Konsekuensinya dia harus mengolah semua data dan fakta sebelum meracik menu yang dipesan. Berbagai referensi pendukung dikumpulkan untuk meningkatkan “rasa”. Jangan heran bila produktifitas seorang blogger pesanan lumayan rendah. Waktunya lebih banyak tersita untuk mengolah berbagai referensi yang ada.

Soal kualitas jangan ditanya. Mutu artikel blogger pesanan umumnya setingkat di atas blogger cepat saji, setaraf dengan masakan seorang koki di hotel bintang empat atau lima. Tak usah jauh-jauh mengambil sampel. Perhatikan saja sejumlah nama yang sering menjuarai berbagai even di Kompasiana. Gaya menulis mereka sangat runtut, sistematis, kaya referensi dan istilah. Jikalau mereka menjuarai sebuah even, mestinya kita memberi aplaus karena sudah disajikan sebuah artikel yang layak baca.

Beda dengan blogger cepat saji. Blogger jenis ini cenderung mengabaikan kualitas. Mohon maaf, mungkin kualitasnya sama dengan menu yang sering kita temukan di warteg atau warung pinggir jalan. Olah rasanya belum begitu profesional alias pasaran. Kalau ada yang mengangapnya sama, berani anda belum pernah makan di hotel bintang kelas lima atau pesan makanan di resto cepat saji. Kalau sudah pernah, pastilah sudah bisa membedakan kualitasnya.

Seperti labelnya, seorang blogger cepat saji cenderung menulis dengan mengabaikan resep. Mereka menulis artikel tanpa mengandalkan resep atau ketentuan lain yang berlaku. Apapun mau mereka tulis. Sebagian besar mereka tak pernah peduli soal mutu. Habis menulis ini, langsung menulis itu dan kemudian di-publish. Layak tidaknya sebuah bacaan mereka serahkan pada pembaca untuk menilai. Sisi positifnya tetap ada. Produktifitas blogger cepat saji dalam menulis sedikit di atas blogger pesanan. Waktu mereka tak perlu disita untuk mencari berbagai referensi atau mengolah data dan fakta. Semua disajikan apa adanya. Persis pelanggan warteg, walau dianggap kampungan, tetapi pelanggan tak pernah berkurang.

Dari dua label blogger yang saya sematkan di atas, sekarang terserah pada pembaca mau menjadi blogger tipe mana. Lebih menyukai menu bintang lima atau warteg. Mau menjadi blogger pesanan atau cepat saji. Semua tergantung pada pilihan masing-masing. Ada nilai plus minus dalam setiap pilihan.

Bagi saya pribadi, Blogger pesanan itu ibarat dunia selebritis sekarang. Ada yang bertahan dengan jalur hidupnya setelah menikah, namun tak sedikit juga dari mereka kemudian pensiun dan selanjutnya lebih memprioritaskan rumah tangga, keluarga atau anak. Faktor yang mendorong seseorang pensiun dini kan beragam. Ada yang merasa dirinya nggak bakalan laku lagi mengingat ketatnya persaingan. Ada yang bermasalah soal kepribadian sehingga production house atau media mem-black lis-nya, dan mereka yang pensiun karena jenuh juga lebih banyak dari itu.

Sebagai seorang selebritis, suatu hari kelak karena bosen menang lomba terus, jenuh mengolah data, merasa hidup monoton, mungkin seorang blogger pesanan akan alih status menjadi blogger cepat saji sehingga tema artikel yang ditulis akan beranak-pinak tanpa terbebani pesanan. Artinya produktifitas menulis mereka kembali ke asal. Hehehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun