Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelakor, Penikor, dan Perumgator

24 Februari 2018   09:25 Diperbarui: 24 Februari 2018   09:36 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istilah kerap beranak-pinak. Berkembang mengikuti  selera jaman. Dulu kita kenal "Pil" bagi wanita bersuami  yang doyan selingkuh dengan Pria lain. Sebelum digugat ke MK, maka ahli istilah yang enggan disebutkan namanya lalu  memunculkan istilah "Wil" bagi pria beristri yang selingkuh dengan wanita lain.  Klop sudah. Rencana Judicial Review terpaksa dibatalkan sebab istilah yang dikaitkan dengan disharmoni rumah tangga ini sudah ada  jodohnya. Sah menurut pakar peristilahan.

Sekarang muncul lagi istilah "pelakor". Kehadirannya langsung mendepak istilah "Wil" yang kadung populer entah berapa dekadean. Kalo "wil" dilihat dari posisi wanita sebagai pemicu perselingkuhan yang bersifat pasif, Pelakor  lebih nyata dan tegas. Seorang wanita simpanan, wanita idaman lain dari suaminya, secara nyata di cap si pemilik rumah tangga yang sah  sebagai perebut laki  orang alias Pelakor. Posisi wanita tak lagi pasif, tapi aktif untuk membela bahtera rumah tangganya. Mampuslah kau para pelakor.

Sontak istilah pelakor mulai akrab dengan  publik. Semua membincangkan. Boleh-boleh saja asal bukan untuk dijadikan ajang uji coba. Rumah tangga tak mengenal istilah sparing partner untuk menguji kesetiaan seorang suami.  Kalaupun ada yang buka lowongan, tanggung sendiri resiko dan dosanya.

Posisi pelakor sudah jelas. Dia satu mazhab dengan wanita idaman lain atau bahasa paling tarzannya adalah wanita simpanan. Namun keadilan belum ada. Istilah "Pil" dipasangkan dengan "Wil". Sementara  pelakor sifatnya masih  lajang. Belum ada jodohnya. Sebelum digugat sebagian pihak ke MK, ada baiknya pelakor dicarikan jodoh. Kita munculkan istilah lain untuk mengurangi kegaduhan. Misalnya, Istilah Pelakor (Perebut laki  orang) yang DPO-nya perempuan,  kita jodohkan saja dengan Penikor (Perampas  Binik orang) yang terdakwanya laki-laki. Saya rasa pantas dan adil. Jangan wanita terus yang disudutkan dengan berbagai istilah. Wong perselingkuhan sendiri sifatnya lintas gender kok. Pemicunya bisa kaum berkumis. Bisa juga kaum berdaster.

Kalo istilah khusus sudah kita sematkan pada pelaku perselingkuhan, tentunya harus diimbangi juga dengan istilah lain. Misalnya, seseorang yang merusak rumah tangga orang lain, tanpa dibumbui aroma perselingkuhan. Sekedar merusak kebahagiaan doang. Kira-kira istilah apa yang perlu dimunculkan? Usul saya, gimana kalo Perumgator?Perusak Rumah Tangga Orang? Nggak setuju?  Selaku penggemar film genre Sci-fi, yang akrab dengan istilah Aligator, gue mah setuju aja. Aligator itu kerabat dekat buaya. Perumgator walau motifnya bukan untuk perselingkuhan tentu perlu diwaspadai juga ujungnya. Siapa tahu dia lebih buaya dari buaya. Belum lagi karakternya sama-sama suka merusak habitat yang lain bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun