Mohon tunggu...
Erwan Saripudin
Erwan Saripudin Mohon Tunggu... Insinyur - Trainer Pertanian

Tertarik dengan isu isu pertanian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi, Sepeda dan Kepemimpinan

26 Maret 2016   07:00 Diperbarui: 26 Maret 2016   09:00 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Life is like riding bicycle, to keep you balance you must keep moving

(Albert Einstein)

 

Disela sela memimpin negeri ini, Bapak presiden Joko widodo kerap terlihat bersama para warga pengayuh sepeda, baik dihalaman istana maupun diseputaran Gelora Bung Karno.  Bersepeda bagi Pak Jokowi tidak hanya dimulai sejak menjadi presiden untuk mengambil simpati rakyat, tetapi sejak menjadi walikota solo hingga gubernur DKI beliau telah sering berinteraksi dengan warga melalui media sepeda, bahkan konon sebagaimana diceritakan dalam film tentang perjuangan ayah Pak Jokowi, beliau selalu dipindah rumahkan menggunakan sepeda oleh sang Ayah.  Jadi wajarlah jika sepeda sangat lekat dengan keseharian Pak Jokowi.

Bersepeda mungkin saja memiliki arti filosofi sendiri dimata Pak Jokowi, ketika permasalahan negeri ini dirasakan terlalu pelik, Pak Jokowi memperlihatkan diri sebagai sosok yang santai, salah satu wujudnya yaitu dengan keluar rumah untuk mengayuh sepeda.  Media sosial sangat berperan dalam menginformasikan aktifitas bersepeda Pak Jokowi, mungkin kita geleng geleng kepala mengenai pembagian waktu antara Pak Jokowi sebagai seorang presiden dan Pak Jokowi sebagai pesepeda.  Akan tetapi penulis meyakini, justru melalui kegiatan bersepeda, Pak Jokowi banyak mendapatkan inspirasi dalam mengurai benang kusut permasalahan bangsa yang tengah dihadapi sekarang.

Bersepeda terdiri dari tiga unsur yaitu sepeda itu sendiri, pesepedanya, dan teknik penggunaannya.  Seorang kepala negara seperti pak jokowi, ketika mengayuh sepeda mungkin pernah terbersit dalam benaknya untuk menganalogikan sepeda sebagai sebuah negara.  Dalam bersepeda ada keadaan jalan dan potensi sepeda yang harus diketahui, ada tujuan yang hendak dicapai, ada target masalah yang hendak diselesaikan, dan ada ikhtiar untuk memudahkan penyelesaian masalah.  Sebagaimana bersepeda, memimpin negara juga demikian adanya. Tak ayal lagi bahwa bersepeda seperti layaknya memimpin sebuah negara.

Mungkin bagi pak jokowi yang hobi bersepeda, desain sepeda bukan hanya untuk kenyamanan semata, karena jika hanya ingin kenyamanan semata bukanlah sepeda tempatnya.  Tetapi lebih jauh dari itu, ada nilai filosofi yang terkandung pada sistem sepeda yaitu tentang distribusi energi dari sipengayuh yang tersalurkan pada implikasi gerakan sepeda, semakin efisien penyaluran energi terhadap gerak maju maka semakin tinggi kualitas sebuah sepeda.

Distribusi energi yang diberikan oleh kayuhan pada dasarnya menggunakan prinsip pemindahan energi dari tindihan kaki ke roda melalui rantai.  Dalam urusan pemerintahan, energi kaki dapat dianalogikan sebagai anggaran belanja yang dialirkan pada program program pembangunan untuk memacu perputaran roda ekonomi.  Sistem distribusi energi sepeda haruslah efisien dalam memindahkan energi, semakin kecil hambatan pada sistem maka semakin besar energi yang diterima oleh roda untuk bergerak maju.  Pada pemerintahan, hambatan hambatan penyaluran anggaran dilakukan  oleh koruptor dengan membajak aliran anggaran.

Upaya penanganan bajak anggaran dilakukan dengan program intensifikasi kinerja lembaga yudikatif seperti kejaksaan dan KPK.  Beberapa kasus telah terungkap dan membui pelakunya, sedangkan penanganan secara sistemik sedang dilakukan perancangan agar kasus yang serupa tidak terulang lagi.  Pada sistem sepeda juga demikian halnya, keadaan rantai yang longgar dan berkarat memakan energi besar dari kaki namun berimplikasi sedikit terhadap perputaran roda, permasalahan longgar dan karat harus diselesaikan dengan menggantinya sekaligus.

Pedal merupakan komponen pertama yang menerima energi dari kaki, Sifat alas pedal yang bergerigi sangat baik dalam menjaga kepakeman kaki sehingga tidak mudah selip.  Pedal berhelai pada engkol yang dihubungkan oleh persendian berupa pelor pelor kecil untuk memudahkan putaran pedal.  Persendian pedal haruslah kuat agar tidak mudah goyah menghadapi hujaman kaki yang terus menerus mengalirkan energi, kualitas pedal sangat diperhatikan oleh pesepeda karena perpindahan energi dimulai dari situ.  Ibarat Pedal, pada pemerintah yang kuat haruslah ditopang oleh kabinet yang mampu bekerja secara terus menerus dalam menyalurkan anggaran kepada sasaran pembangunan, kabinet yang pertama kali menyalurkan anggaran yaitu kementerian keuangan, kementerian ini haruslah pakem dan tahan godaan dalam mengelola keuangan negara.

Poros As Gir depan haruslah tahan menghadapi rotasi tangkai pedal yang berputar secara terus menerus, sistem rotasi Gir depan terdiri dari butiran pelor  yang kuat dan senantiasa memerlukan pelumasan, desain gerigi pada gir dan rantai yang saling kongruen membantu pergerakan menjadi lebih ringan.  Poros as belakang yang menyatukan roda dan gir belakang juga sebagaimana poros as gir depan, bahkan harus lebih kuat karena menanggung beban gravitasi si pengayuh secara sekaligus.  Pada pemerintahan, kekompakan antar kabinet sangat diperlukan untuk akselerasi program pembangunan agar tidak tumpang tindih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun