Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Pantatnya Nempel di Tanah, Ratusan Maung Berani Sumpah Setia (Dongeng Sunda)

1 Juli 2017   23:51 Diperbarui: 12 September 2019   10:18 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan di kaki gunung Ciremai tampak hijau dari kejauhan. Rimbun dan sangat rapat, seolah pepohonan memagari keindahan gunung itu. Suara berisik penghuni hutan kerap terdengar oleh penduduk, tiap hari  tanpa jeda. Padahal jarak pemukiman sekitar tujuh kilometer jauhnya. Ditambah masih sedikit pula warga yang tinggal di sekitar hutan tersebut. Zaman dulu, mungkin sekitar tahun 1800-an, hutan dan gunung demikian adanya. Terkesan masih perawan.

Dikisahkan ada seorang warga di sekitar kaki gunung itu yang senang menyendiri untuk semedi. Ia sejak muda kerap melakukan tapa, di hutan mana pun di Jawa Barat. Paling sedikit ia habiskan  waktunya itu satu minggu, hingga 40 hari lamanya untuk menyendiri. Namanya Sacamanggalagala. Ia seorang petani tulen, punya istri dan tiga orang anak. Sacamanggalagala dikenal sebagai pribadi yang baik, hatinya bersih, tidak pernah korupsi, jujur dan takwa.

Suatu hari seusai panen padi, ia pamit pada istri dan anaknya untuk melakukan tapa di hutan di kaki gunung Ciremai. Ia bilang akan menyendiri untuk beberapa hari.

 "Nyi, katanya. Saya akan ke hutan untuk beberapa hari saja, dan menetap di sana",seraya menunjuk jarinya ke arah di mana gunung itu berada.

Istrinya sudah mengerti kebiasaan sejak muda suaminya itu. "Baiklah Ki, hati-hati saja di sana,"pesannya. Ia pun sudah mengerti untuk tidak memberikan bekal apapun pada suaminya itu.

Berangkatlah kemudian Sacamanggalagala di pagi buta dengan berjalan kaki, tanpa membawa apapun juga. Hanya pakaian saja yang menempel di tubuh kekarnya. Singkat kata ia sudah berada jauh di dalam hutan yang sangat rimbun. Gelap dan mencekam, padahal hari masih siang. Niat tapapun ia lakukan semata untuk mendekatkan diri pada sang pencipta.

 Ia hentikan langkahnya persis di hadapan pohon beringin yang tinggi, dan berdiameter sangat besar. Sacamanggalagala pun memastikan diri bahwa pohon ini sebagai tempatnya semedi. Lalu ia pun naik memanjatnya untuk mencari posisi yang dianggap nyaman. Satu hari, dua hari, semedi yang dilakukan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Suasana hutan tetap tenang,meski pun berisik bunyi suara penghuni hutan tak pernah berhenti.

Namun begitu, di hari ketiga dalam tapanya itu, datang satu persatu harimau besar jantan maupun betina. Mereka seperti di komando, mengitari pohon beringin yang di sekitarnya itu memang lokasinya sangat datar dan lapang. Pelan tapi pasti, tak kurang ratusan harimau dalam waktu yang bersamaan sudah berkumpul dan membentuk lingkaran. Sementara di tengahnya duduk, bisa disebut sebagai rajanya menghadap mereka. Sang raja harimau sekali-kali menoleh ke kiri, ke kanan, ke muka dan ke belakang, memastikan harimau yang lain komplit datang di hutan ini. Untungnya sang raja Harimau tidak melihat ke atas pohon. Padahal sacamanggalagala sedang tapa di pucuk pohon itu.

Rupanya mereka sedang berkumpul siang ini untuk melakukan rapat konsolidasi. Mereka juga membicarakan kekuasaannya di hutan yang belum terjamah itu. Barangkali yang mereka rapatkan, sesuai agendanya, adalah terkait stabilitas keamanan, serta pasokan pangan yang dirasa semakin menipis, terutama rusa. Juga pembagian tugas, siapa yang bertanggungjawab di wilayah utara, selatan, timur dan barat, sekaligus melakukan pengamanan terhadap seisi rimba raya. Sayangnya singa tidak dikutsertakan.

Sang raja berkata,dan bertanya, apakah semua sudah berkumpul, komplit? Jawab harimau, AAUUUUMMM. Artinya sudah.

Apakah sudah dipastikan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada di sekitar sini?Jawab peserta rapat lagi. AAUMMMM,AAAUUUUMMM.Artinya tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun