Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Jembatan

11 Januari 2023   20:19 Diperbarui: 11 Januari 2023   20:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kendati untuk urusan tumbal ini sejatinya mereka menolak. Tapi mau bagaimana lagi itu syarat yang harus dipenuhi di setiap ada proyek semacam ini. Sebab ada alokasi dana khusus untuk operasi  proyek jembatan.

***

Di lain tempat, suatu kampung yang jauh dari proyek jembatan ini masyarakat dihebohkan oleh hilangnya seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun. Ciri-cirinya, tinggi sedang, kurus dan berkepala gundul.

Satu warga dari kampung itu mengaku ia melihat anak itu sedang dibawa seseorang ke arah pasar. Ia mengira yang membawa adalah kerabatnya.

Sementara seorang ibu warga kampung itu yang kebetulan ada di pasar juga menambahkan, anak itu terlihat dimasukan ke dalam mobil.

Laki-laki atau perempuan kah yang membawanya tidak dirinci oleh mereka. Apakah anak itu gundul juga tidak disebutkan. Singkatnya kebenaran kabar terlihatnya anak itu oleh warga tersebut diragukan.  Hingga Kedua orang tua anak itu pun melaporkan pada pihak kepolisian.

"Laporan bapak dan ibu kami akan tindak lanjuti,"kata polisi di kantornya.

"Semoga anak kami bisa secepatnya ditemukan, pak,"rintih si ibu mengiba.

"Selekasnya!"tukas  polisi memastikan.

Kedua orang tua itu tidak lagi bisa berbuat banyak. Semua diserahkan sepenuhnya pada pihak kepolisian.

Sejak hilangnya seorang anak laki-laki itu tiap keluarga semakin ketat menjaga anak-anaknya. Mereka rata-rata percaya anak itu hilang karena diculik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun