Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukit Incaran

24 Desember 2022   07:17 Diperbarui: 24 Desember 2022   07:20 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejauh mata memandang, punggung bukit itu tidak terlihat lagi di waktu pagi. Ia diselimuti asap serupa kabut yang mulai membungkus tebal.

Padahal langit cerah ditingkahi angin yang berembus sedang dan tenang yang datang dari ujung lembah. Burung-burung pun tetap berkicau riang.

Asap putih itu hanya bergeser beriringan ketika angin meniupnya. Namun tidak jua mampu menampakkan punggungan bukit itu.  Sementara pucuk pepohonan pinus yang menjulang bagai pagar juga samar-samar adanya.

Ia terlihat sudah tidak peduli sama sekali oleh kemauan orang-orang yang ingin memandang punggung bukit itu. Meski di sana kata mereka biasa ada kehidupan alamiah alam yang jarang ditemui di manapun.

Sebagaimana umumnya, udara sejuk di sini juga bukan hal yang istimewa bila ada di dataran tinggi semacam ini. Karenanya ia mampu mengundang siapapun yang ingin datang.

Namun siapa sangka asap putih yang ringan melangkah itu punya naluri dalam. Tidak semua manusia yang datang sekadar untuk menikmati keindahan alam yang terbentang di bukit ini. Mereka kadang ada yang sedang mengintip, mempelajari, lalu mengeksplorasi dan mengeksploitasi semaunya.

Hari ini asap putih serupa kabut itu ingin menunjukkan kuasanya.

Ia ingin menyembunyikan semua yang dipandang indah oleh mata manusia. Karena potensi tambang dan mineral di balik punggung bukit itu telah jadi incaran. Dan ia tetap berupaya untuk melindungi wilayah perbukitan itu lewat caranya.

***

Sejak jadi incaran itu punggungan bukit di sana tidak pernah terlihat keindahannya lagi. Karena asap putih serupa kabut adalah kabut  itu sendiri yang terus menunjukkan wajah suramnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun