Dibayangkan sejak sekarang orang-orang yang tergabung dalam partai politik sudah ambil ancang-ancang untuk bisa dicalonkan sebagai anggota DPR pusat.Â
Orang ini sebagai anggota parpol akan bisa dicalonkan parpolnya bila telah memenuhi syarat sebagaimana yang menjadi tradisi parpol ia bernaung maupun sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh KPU.
Tradisi parpol yang biasa untuk mencalonkan anggotanya ini tentu dari pihak parpol sendiri yang paling mengetahui. Entah dicalonkan oleh karena kecerdasannya, kekayaannya, kepopulerannya, atau kenekatannya, serta paduan semua ini.
Sementara lewat KPU semata-mata syarat administratif belaka, atau paling tidak, ekstrimnya itu seorang calon  tidak memiliki riwayat penyakit jiwa.
Untuk menjadi politisi parlemen, seorang calon mesti mampu mendulang suara di daerah pemilihannya tidak kurang dari 30 ribu (ada yang lebih, ada juga yang kurang tergantung calon ada di dapil mana).
Melalui 30 ribu suara rakyat yang aneka ragam pendapatan tiap bulannya ini yang telah memilihnya, sang calon berangkat kemudian menjadi legislator di Senayan bila terpilih.
Jika diibaratkan perahu, maka sang calon ini bakal mengarungi sungai yang panjang dan berliku untuk sampai tujuan. Tentu akan dibutuhkan energi, dan logistik yang prima. Sekaligus bahan bakar agar mesin perahu tetap menyala, kecuali dengan dayung.
Bila hanya mendayung, tentu lelah dan stress akan menimpa sebab jarak tempuh yang jauh, dan belum tentu sampai.
Persiapan semacam itu, dalam konteks pemilihan umum di negeri banyak pulau ini mustahil hanya menggunakan dayung sebagai alat perjalanan. Oleh karenanya ongkos diperlukan untuk memenuhi perjalanannya ini. Paling tidak ongkos untuk parpolnya, maupun konstituennya.
Kalaupun mau nekat tanpa logistik itu sah saja. Namun sekalipun pandai melompat seperti tupai pastinya akan susah untuk dipilih rakyat. Karena ini urusan lima tahunan politik yang rakyat langsung terlibat, maka posisi tawar rakyat sangat tinggi, dan tinggi sekali sesuai fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.
Apakah setelah lika-liku perjalanan itu, lalu sampai di Senayan akan senang-senang saja? Busyet. Tidak ada kata tenang. Politisi ini tetap akan bekerja mewakili rakyat yang "sudah dibayarnya."