Dua ekor kucing berlarian, juga dua ekor ayam berkejaran dilihat oleh mereka. Hewan itu seperti tahu musik yang dibunyikan dari tape pemilik bakso dengan lagu" Ojo Dibandingke ". Begitu juga pasangan yang ada di situ, termasuk Otong, dan Oting.
Kata Otong, "kucing itu rasanya pasangan yang saling memiliki."
Balas Oting, "ayam itu kelihatannya juga pejantan, dan betina."
Lanjut Otong,"kucing itu yang betina kelihatan bunting."
Timpal Oting,"kedua ayam itu belum memutuskan untuk punya anak."
Tutup Otong," kucing dan ayam punya status dan kedudukan hewani masing-masing. Jadi biarkan saja  mereka  bahagia."
Oting tersenyum mendengarnya. Otong hanya memandang lurus ke arah jalan, bukan menoleh pada Oting. Sore menjelang dengan desir angin yang lumayan kencang mengipasi keringat mereka.
Karena Otong tukang urut, maka ia pelan-pelan, dan malu-malu mencoba meraih jemari Oting tanpa menoleh. Oting melihat gerakan  itu juga kagok, dan malu-malu. Jemarinya ditarik ulur yang memaksa Otong jadi penasaran.
Saking penasaran itu Otong, tidak lagi memperhatikan seekor ayam yang tiba-tiba membuang kotoran di antara mereka duduk. Â Seketika ia raih jemari Oting itu. Tapi yang dirasakannya justru hangat ditelapak tangannya. Kemudian ia melhatnya.
 "Aduh, tai ayam!"
Oting tertawa. Otong kemudian berlari ke arah kran air untuk mencuci tangannya. Ia tidak lagi memperhatikan jalan di pelataran itu. Beres itu ia ajak Oting untuk kembali pulang ke rumah orang tuanya.