Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengutak-atik Asik Koalisi Parpol Pemilu 2024

13 Agustus 2022   13:01 Diperbarui: 13 Agustus 2022   13:54 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apapun kondisi politik, dan dinamika yang terjadi jelang pemilu 2024, koalisi parpol tidak pernah akan mengalami perubahan berarti. Ke sembilan parpol itu tidak akan mengambil resiko untuk kehilangan posisi di parlemen, maupun pemerintahan, siapapun kelak capres-cawapres yang akan diusungnya. Segala irama politik yang dijalani elit politik sejak sekarang ini sekadar cawe-cawe agar denyut parpol tidak kehilangan nafas di jantung, terutama di massa  pemilih loyalnya.

Namun begitu, kehadiran parpol baru, maupun pemilih baru boleh jadi akan memecah suara pemilih yang sebelumnya didapat oleh sembilan parpol itu. Paling tidak kehadiran partai baru, dan pemilih baru ini sedikit mengganggu konsentrasi, dan strategi parpol yang sudah mapan untuk mencoba mempertahankan perolehan suaranya seperti pemilu lalu.

Sayangnya sebagaimana perjalanan politik sejak reformasi 1998, dan pemilu 1999 dengan munculnya banyak partai, maka pemilu 2024 ini tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap peroleh partai yang sudah ajeg itu. Sebab suara yang diperebutkan ini untuk 2024 hanya bertumpu pada massa mengambang atau floating mass yang memang memosisikan diri sebagai pemilih yang kritis, dan tidak loyalis yang terbuka untuk diiming-imingi agar mencoblos partai tertentu.

Sementara untuk pemilih baru dari kalangan supra milenial ini bisa dikatakan akan terikat oleh patronase di lingkungan keluarga masing-masing, terlebih di masyarakat pedesaan. Misalnya, jika satu keluarga A sudah menetapkan B sebagai capres, cawapres dari koalisi parpol tertentu, maka C sebagai pemilih milenial mencoblos hal yang sama, yakni B.  Sedikit sekali dari kaum ini bila yang dicoblos itu sesuai kehendak personal politiknya.

Sebab dari segi usia, acara coblos-mencoblos di pemilu, entah untuk suara di parlemen, maupun capres, cawapres sebagai suasana kesenangan semata, oleh karena figur yang ada di kertas suara itu terlhat, ganteng, gagah, cantik, dan selalu berseliweran di media massa. Sisanya barangkali memang ada perbedaan pada aspek sikap politiknya yang tertuju pada kalkulasi pilihan calon politisi, atau capres, cawapres yang amanah, dan berintegritas, akibat arus lingkungan politik di mana kaum ini menetap, dan tinggal.

Di lain pihak, untuk parpol baru, butuh ekstra keras untuk bisa menjaring suara pemilih loyalis, maupun massa yang selalu mengambang itu. Ekstra keras ini, barangkali sejak sekarang sudah bisa di mulai untuk dilakukan segala aktivitas politik, yang paling tidak dikenal lebih dulu oleh masyarakat. Jika targetnya adalah untuk kursi di parlemen nasional (DPR) yang ambang batasnya itu bikin gerah, sebesar 20 persen.

Tapi apakah parpol baru ini dengan tokoh politik yang tenar bakal signifikan meraih suara bagi parpolnya?Sekecil apapun peluang, dan kemungkinan pasti ada. Tapi rasanya sulit untuk membuka kunci massa sembilan parpol yang loyalis itu untuk bergeser seperti air bah mengalir ke parpol yang anyar ini.

Penutup

Karena itu, kontestasi pemilu 2024 bukan tidak mungkin akan tetap menjadi milik sembilan parpol untuk bisa berkoalisi, sesuai dengan urusan pilihan capres, cawapresnya. Sembari berjuang pula masing-masing parpol tersebut agar bisa tetap memiliki kursi di parlemen sesuai pemilu 2019, atau bahkan bertambah.  

Pada segi koalisi dari sembilan parpol itu juga, seperti partai mana akan bergabung dengan parpol apa, untuk mengusung capres, cawapresnya, tentu akan terus bergerak sesuai dinamika politik yang sedang berlangsung. Mereka, para elit politiknya, bisa memainkan jurus serba intip supaya tetap selalu ada di kue kekuasaan.

Atau malah dari sembilan parpol ini masing-masingnya akan menempatkan pada jauh-jauh hari untuk berkoalisi,  dengan mantap menyebut diri sebagai partai pendukung penguasa, atau oposisi kelak. Siapa tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun