Sambil mengucapkan itu segera Nay tersenyum, dan tertawa lepas. Aku memburunya mendekati, dan senang melihat senyum, dan tawa itu.
Nay bilang tidak tahu gedung yang ini yang jadi tempat aku kursus. Â Nay menduga aku mendalami bahasa inggris itu di gedung seberang sekolah SMU di mana aku belajar.
Sambil berkata-kata itu wajahnya tampak senang, dan selalu tersenyum. Tidak ada lagi raut murung atau pun malu. Bahkan ketika aku tanya soal keranjang kue yang dibawanya itu," Nay, ini keranjang kue siapa. Aku kok gak pernah melihatnya?"
"Ini peninggalan almarhumah ibu,"balas Nay singkat sembari memeluk keranjang itu seraya tersenyum. Dan, senyum itu yang kemudian mengajakku untuk melakukan hal yang sama pada hari ini.Â
***
Aku ikuti langkah Nay kemudian, beriringan menawarkan kue di sepanjang jalan, yang tak pernah sepi dari lalu lalang orang. Â Hingga tiba di rumah tante pas senja merambat datang. Sejak hari itu, dan seterusnya aku temani Nay menjajakan kue selepas sekolah. Sementara keranjang kue itu tak lagi disimpan Nay di kediaman bibinya lagi, tapi ada di dinding kamar kami. Tergantung lucu.