Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keranjang Kue Peninggalan Ibu

11 Agustus 2022   08:40 Diperbarui: 11 Agustus 2022   08:42 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tante mengatakan itu, aku berlinang. Dengan sahabatku Nay yang seorang yatim piatu, ia begitu peduli. Tentu padaku tanpa pernah dikatakannya, jauh lebih peduli lagi. Dan, aku merasakan kebaikan tersebut.

Dari kelas sembilan, aku dan Nay sangat antusias belajar juga bermain. Nay tidak pernah murung lagi. Ia sangat rajin. Serba rajin malah.

Rajin bangun pagi, rajin belajar, rajin mengurus keperluannya sendiri, rajin membersihkan rumah. Dan, aku kena virus rajinnya Nay.

Prestasi di sekolah, Nay mulai kelihatan. Meski saat di kelas sembilan, aku yang nomor satu rangkingnya. Tapi aku dan Nay kemudian lulus sudah dari kelas sembilan ini.

Kami akhirnya bisa diterima di SMU, dan SMK negeri. Bukan sekolah unggulan atau favorit atau sekolah internasional.

Keinginan almarhum ayah Nay  telah ditunaikannya. Seperti yang dulu pernah diceritakannya. Nay di SMK ambil jurusan grafis. Sementara aku di SMU senang dengan biologi, fisika, matematika, maupun kimia. Kami selalu berlomba untuk juara di sekolah masing-masing.

Tidak cuma itu, kegiatan ekskul pun kami ikuti. Nay giat di paskibra. Aku di paduan suara. Tante senang dengan prestasi kami.

"Tetap disiplin ya."

Hanya itu yang diucapkan tanteku saat kami selalu disempatkan untuk makan malam satu meja bersama. Atau diajak rekreasi menemaninya.

Dan, adikku Je, selalu iri melihat kebersamaan kami kala menemuiku di kediaman tante. Tapi aku tertawa saja melihat tingkahnya, sebab Je tau aku sayang padanya. Juga tante.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun