Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

(Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022) Demokrasi Pancasila di Bawah Kekuasaan Politik

1 Juni 2022   09:26 Diperbarui: 1 Juni 2022   09:34 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu kerakyatan atau suatu kepemimpinan atau suatu pergantian kepemimpinan sebagaimana butir pancasila itu dipandang cocok oleh para pendiri bangsa dengan mekanisme keterwakilan bagi bangsa ini ketika itu. Praktek yang telah dilakukan adalah memilih presiden dan wakil presiden melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di MPR. Mereka dalam sejarahnya bermusyawarah untuk memilihnya.

Karena sekarang sudah mengalami perubahan drastis, maka sebutan apapun bagi demokrasi di negeri ini, terutama soal kontestasi pergantian kepemimpinan di pusat maupun daerah berujung pada siapa yang kuat dia yang menang (survival of the fittest). Kuat modal, kuat dukungan suara pemilih, serta kuat koneksi global, regional maupun domestik. Semua kontestasi akhirnya menjadi ajang adu kuat dengan bumbu-bumbu persatuan dan kesatuan bangsa.

Rakyat boleh jadi tidak terikat oleh sistim apapun yang dijalankan oleh kekuasaan politik itu. Yang mengikat rakyat itu cuma keinginan harga-harga murah, sandang, pangan, dan papan terpenuhi, pendidikan juga, kesehatan demikian, lapangan kerja, serta rekreasi apapun bentuknya bisa dinikmati dengan nyaman.

Karena itu sudah demikian lama sistim demokrasi dijalankan dengan variannya, partisipasi masyarakat terhitung tidak signifikan. Ia sengaja dihadirkan sebatas coblos suara untuk calon para pemimpin yang dikenal lewat media massa. Sesudah itu tunggu lagi untuk mencoblos di masa mungkin  lima tahun mendatang.

Sementara di saat yang sama sekelompok elit politik dan ekonomik serta kroninya sibuk berjuang untuk meraih kekuasaan dengan segala janji-janji yang ditebarkan. Bahkan tidak jarang di saat semacam ini bisa bikin rakyat deg-degan, was-was dan ketakutan. Padahal  yang namanya pesta rakyat harusnya senang, gembira dan jumpalitan.

Tapi demikianlah demokrasi pancasila yang dijalani bangsa ini.  Semua itu akan terus bergerak dan terus mencari bentuk yang paling ideal dan cocok, sehingga perubahan sebagai suatu kenicayaan dan kekuatan alamiah bisa saja dilakukan. Termasuk barangkali dengan cara bongkar pasang konstitusi UUD 1945 di masa mendatang. Siapa tahu cara ini dilakukan kembali. Untuk apa?Tentu saja untuk berkuasa di darat, laut, dan udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun