Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pukul 02.00 di Jakarta

31 Januari 2021   20:06 Diperbarui: 31 Januari 2021   22:10 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bercanda sih bercanda. Kagak mikir apa sopir bajaj kayak saya, mbak. Denger berita Jakarta gak macet kan saya seneng banget. Mungkin gubernur bisa ngakalin supaya Jakarta gak macet. Eh rupanya cuma bo'ongan,"seru Zaid sembari mengusap keringat di wajahnya dengan handuk kecil lepek.

 Sekitar satu jam kurang baru penumpang sampai di tujuan. Pukul delapan kurang lima menit ia turun, dan membayar ongkos pada Zaid.

"Katanya kalau jam dua pagi gak macet, Bang,"selorohnya seraya meninggalkan Zaid masuk ke gedung Balaikota tempat ia bekerja.

Mendengar itu Zaid berpikir lagi. Jangan-jangan di kantor sekitaran jalan protokol ini banyak juga yang bekerja shif malam. Mungkin mulai dari jam lima sore sampe shubuh. Atau mulai dari jam 10 malam sampai shubuh. Karenanya ia meski aneh, tetap mau mencobanya cari tarikan di jam tersebut.

***

Di rumah ia takhiraukan istri, maupun tetangga. Zaid tetap ingin membuktikan bahwa Jakarta memang sudah tidak macet lagi. Makanya ia meluncur dengan bajajnya mencari penumpang lewat tengah malam.

Zaid melihat pada dini hari itu lampu-lampu masih terang di sepanjang jalan protokol Jakarta. Di gedung-gedung tinggi juga demikian. Lalu lintas, satu dua masih bisa terlihat kendaraan melintas dalam kecepatan tinggi. Sementara di sebrang gedung Balaikota, tugu Monas tampak berkilau emasnya. Di sini sunyi, apalagi di Balaikota, karuan sepi.

Bajajnya kemudian ia kemudikan melintas dengan cepat tanpa halangan. Putar sana putar sini tidak ada orang yang menghentikan bajajnya.

Ia mau marah, ditujukan ke siapa. Mau senang karena tidak ada kemacetan pada siapa juga ditujukan. Sementara sudah satu jam ia keliling cari penumpang tak juga didapat. Waktu sudah jam 03.00 WIB, sebentar lagi azan shubuh.

Di dekat mesjid terbesar, ia hentikan bajajnya. Ia sandarkan tubuhnya di jok belakang sembari angkat dua kaki. Zaid berpikir, memang benar jam dua pagi tidak ada kemacetan. Berarti, pikir Zaid lagi, omongannya gubernur itu meski katanya bernada humor, tapi sesuai fakta.

Faktanya juga memang tidak ada penumpang bajaj yang bisa ia bawa. Kalau tidak ada penumpang yang bisa diangkut, uang juga tidak didapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun