Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit-langit Ikut Sobek

22 Januari 2021   23:01 Diperbarui: 26 Januari 2021   13:44 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia pun menandatangani surat pernyataan tersebut tanpa sedikit rasa bersalah pada istri, maupun anak-anaknya. Ia serahkan kemudian, dan langsung meninggalkan ruang administrasi itu untuk kembali menjenguk istrinya di ruang inap.

Sri menyambutnya. Juga anak-anaknya senang.

"Ayo pak kita pulang. Semua pakaian ibu sudah dimasukan ke dalam tas juga keperluan mandi segala,"kata Puan, dan Siwan berbarengan.

Sri pun sudah mengangkat diri, dan berdiri di samping kedua anaknya bersiap hendak pergi. Namun Kasdut menahannya dan pura-pura menampakkan wajah sedih.

Katanya pada istri, dan anak-anaknya,"sebentar lagi ada petugas datang."

"Petugas?Saya sudah sembuh, pak. Dokter sudah bilang begitu. Ayo, pak,"ajak Sri.

Ketika berkata itu, dua petugas datang menghampiri seraya membawa kursi roda, dan meminta Sri untuk duduk di kursi ini.

Kata Sri,"alah mas, saya bisa jalan kok. Tidak usah pakai kursi segala. Malu dilihat yang lain."

Dua petugas itu hanya tersenyum tidak menimpali. Puan, dan Siwan juga tersenyum senang. Pikir mereka, ibunya dilayani dengan sebaik-baiknya oleh petugas rumah sakit ini. Kasdut juga pura-pura senyum di hadapan istri, dan anak-anaknya.

Lalu kursi roda itu didorong kemudian menelusuri selasar rumah sakit itu. Di kiri kananya Sri bisa melihat masih banyak pasien yang memenuhi ruang  tersebut. Entah apa yang diderita mereka. Kedua anaknya diminta Kasdut untuk tidak mengikuti kursi dorong, tapi mereka diperintah segera ke muka loby rumah sakit, dan menunggu sementara di situ.

Setelah tidak lagi terlihat kedua anaknya, ia berlari menuju langkah kaki petugas yang membawa Sri di kursi rodanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun