Ia pun menandatangani surat pernyataan tersebut tanpa sedikit rasa bersalah pada istri, maupun anak-anaknya. Ia serahkan kemudian, dan langsung meninggalkan ruang administrasi itu untuk kembali menjenguk istrinya di ruang inap.
Sri menyambutnya. Juga anak-anaknya senang.
"Ayo pak kita pulang. Semua pakaian ibu sudah dimasukan ke dalam tas juga keperluan mandi segala,"kata Puan, dan Siwan berbarengan.
Sri pun sudah mengangkat diri, dan berdiri di samping kedua anaknya bersiap hendak pergi. Namun Kasdut menahannya dan pura-pura menampakkan wajah sedih.
Katanya pada istri, dan anak-anaknya,"sebentar lagi ada petugas datang."
"Petugas?Saya sudah sembuh, pak. Dokter sudah bilang begitu. Ayo, pak,"ajak Sri.
Ketika berkata itu, dua petugas datang menghampiri seraya membawa kursi roda, dan meminta Sri untuk duduk di kursi ini.
Kata Sri,"alah mas, saya bisa jalan kok. Tidak usah pakai kursi segala. Malu dilihat yang lain."
Dua petugas itu hanya tersenyum tidak menimpali. Puan, dan Siwan juga tersenyum senang. Pikir mereka, ibunya dilayani dengan sebaik-baiknya oleh petugas rumah sakit ini. Kasdut juga pura-pura senyum di hadapan istri, dan anak-anaknya.
Lalu kursi roda itu didorong kemudian menelusuri selasar rumah sakit itu. Di kiri kananya Sri bisa melihat masih banyak pasien yang memenuhi ruang  tersebut. Entah apa yang diderita mereka. Kedua anaknya diminta Kasdut untuk tidak mengikuti kursi dorong, tapi mereka diperintah segera ke muka loby rumah sakit, dan menunggu sementara di situ.
Setelah tidak lagi terlihat kedua anaknya, ia berlari menuju langkah kaki petugas yang membawa Sri di kursi rodanya.