Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit-langit Ikut Sobek

22 Januari 2021   23:01 Diperbarui: 26 Januari 2021   13:44 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit-langit atau plafon di ruang isolasi seolah mengelupas di sana sini, dan hendak jatuh menimpa Sri di mana ia tengah berbaring lemah. Ia pandangi sekelilingnya sepi tiada seorang pun di sini. Wajahnya pucat menahan rasa sakit di paru-paru. Ia tidak berkaca-kaca lagi matanya, namun bulir airmata itu jatuh menetes deras.

Padahal lima hari sebelumnya ia mesti pulang dari rumah sakit ini setelah diizinkan dokter karena mulai membaik. Ia bisa dirawat jalan saja. Namun entah apa yang terjadi.  Ia digiring kemudian ke ruang isolasi karena dinyatakan positif terkena wabah corona.

Sri hanya bisa memandang langit-langit plafon sekarang ini. Seraya khusuk berdoa, ia menunggu, dan masih berharap kapan waktunya bisa keluar dari ruangan ini. Paru-parunya yang semula ringan dirasakan, perlahan mulai sakit luar biasa. Ia tekan di bagian yang dideritanya dengan jemarinya. Ia pun merasa sangat tertekan oleh situasi ini.

Ia bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba dirinya terkena wabah corona?Padahal sakit yang diderita semula di bagian paru-parunya saja. Karenanya ia minta pada suaminya untuk segera di bawa ke rumah sakit ketika itu.

Ia rindu dua anaknya sekarang.

***

Puan dan Siwan bersiap hendak menjemput ibunya di rumah sakit. Sementara ayahnya, Kasdut menyiapkan kebutuhan administrasi untuk biaya perawatan istrinya, Sri.

Segala kertas salinan ia siapkan. Kartu ajaib sebagai alat tukar ia sisipkan. Semua lengkap terlihat, dan ia bergegas kemudian bersama dua anaknya. Mereka pun tiba.

Sri ditemui Puan, dan Siwan di ruang inap, Mereka saling memeluk rindu. Tiga hari ini mereka takbersua. Di sekeliingnya mata bahagia dari pasien lain tampak terlihat juga.

Mereka turut merasakan hal itu. Suasana bahagia terpancar di ruangan ini.

"Mbak Sri, jaga kesehatan selalu ya,"kata seorang perempuan tua di samping ranjang perawatan yang tirainya disibak begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun