Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Klinik Pijat Juga Tempat Penitipan Suami

20 Januari 2021   17:54 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:57 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, sakit dahulu baru senang kemudian. Pepatah ini dicamkan betul oleh Mimin, bininya Rahwana. Rahwana selalu memberikan petuah ini pada Mimin kapan pun dia mau.

Ajaibnya istrinya yang polos, dan penurut itu manut sejadi-jadinya. Seperti kebo dicocok hidung di area berlumpur. Tiap saat di kala kedatangan pasien untuk dipijit, Rah, panggilan sayang, Mimin pada suaminya itu, acapkali menyampaikan petuah itu pada istrinya di kediamannya.

Mimin mengerti maksudnya. Sebagai suami Rah bertanggungjawab untuk menafkahi istri, dan anaknya sebagai pemijit. Dibayangannya, kelak Rah akan memiliki klinik pijit sendiri hasil kerja kerasnya selama ini. Meski saat sekarang, sesuai pepatah itu, Rah sedang bekerja keras untuk cita-citanya tersebut.

Namun belakangan ini, Rah diperhatikan Mimin sering ke luar rumah untuk kerjanya itu. Katanya pesanan pijit selalu datang mendadak yang diorder lewat nomor hpnya. Bila ditolak tentu akan mengecewakan pelanggan. Namun keseringan membuat Mimin menaruh curiga.

Kecurigaannya ini beralasan. Rahwana sering necis penampilannya. Rambutnya diolesi minyak, entah minyak apa, menjadi berkilat. Celananya licin disetrika ulang. Begitu juga kemeja. Sepatu disemir yang tadinya hitam menjadi hitam kelam.

Di mata Mimin, hal itu janggal. Sebab biasanya ia bila di rumah memijat pasien, mengenakan kaos oblong yang sudah sobek, dan lecek. Sarungnya apek, dan lepek. Keringatnya asem, dan bau ketek. Juga balsem bekas pijit kerap digunakan mengolesi hidungnya yang sering tersumbat karena pilek.

Karenanya ia perlu menanyakan hal itu pada Rahwana.

"Mas, kenapa belakangan ini jadi sering pijit ke luar rumah?Sudah begitu dandan pula. Sebetulnya mau kerja pijit atau kerja sampingan?"

"Istriku sayang. Mas ini kerja sebagai pemijit. Order ini pesanan rutin, tiga kali dalam seminggu. Tiga hari terima pasien di rumah, tiga berikutnya di luar. Minggu liburan kita bersama. Berakit-rakit ke hulu, senang kemudian."

Dijawab demikian Mimin terdiam, dan menerawang kemudian. Jika seperti itu kondisi kerjanya, maka ia punya optimisme, kelak klinik yang dicita-citakan bisa terealisasi. Ia bisa menjadi penerima tamu di klinik itu nantinya, atau resepsionis.

Kalau sudah menjadi resepsionis, maka anaknya nanti bisa dititipkan pada tempat penitipan anak agar mereka berdua bisa konsentrasi bekerja. Suami memijit pasien, istri menerima pasien. Bayangannya jauh melampaui langit-langit rumah kontrakan yang banyak tambalannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun