Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Kuburan Tua

15 Januari 2021   22:28 Diperbarui: 26 Januari 2021   14:42 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau begitu siapa yang usil ini?"tanya kepala desa heran.

***

Untuk mencegah timbul keraguan warga terhadap rencana pembangunan pabrik itu, maka desa berinisiatif melakukan jaga malam di area pekuburan setiap malam. Tiap malam mesti tiga orang secara bergantian warga mendapat jatah ronda.

Rupanya langkah itu efektif. Sampai saatnya pembongkaran makam hingga tuntas dipindahkan, dan kemudian dilanjutkan pembangunan pabrik yang berjalan sebagaimana yang direncanakan.

Sejak itu tidak ada lagi suara-suara aneh maupun keganjilan di seputar bekas pekuburan tua tersebut. Yang ada justru riuh mesin bila pagi hingga petang, dan ramainya orang-orang yang lalu lalang di sekitar pabrik, sebab terang benderang adanya.

***

Di ujung desa yang berdekatan dengan pabrik di kediaman Kasan, juragan padi yang memiliki sawah hektaran di desa ini tertawa senang. Bersama empat anak buahnya, satu perempuan, dan tiga lelaki dewasa, ia berterimakasih, sebab sudah mempercepat langkah pendirian pabrik penggilingan padi besar di desanya ini.

"Ternyata masih ada juga warga desa ini yang takut setan, hehehe. Sementara kepala desanya modern. Kalau tidak diuji dengan cara mistis, dan seram mungkin tidak jelas rencana pabrik itu didirikan."

"Iya juragan. Bersyukur sekali ada ronda segala itu. Akhirnya penggiliangan pabrik berjalan mulus, dan warga semua senang."

"Iya, dan kalian berempat jadi penghuni kuburan tua sementara, hehehehe.."

"Ini perintah, dan kami tidak bisa menolak,"balas perempuan dewasa yang juga ponakan Kasan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun