Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya di Malam Pekat

13 Juli 2020   13:19 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah malam yang pekat dan tenang itu aku melihat bulan sangat terang. Pandanganku fokus ke langit beberapa saat, dan tidak ke samping apalagi toleh kiri kanan.  Kemudian aku seketika menuliskannya sebagai suatu cerita pendek. Pendek sekali, dan tentu bukan puisi.

Aku berpikir bulan memberikan sinarnya begitu saja. Tidak diminta oleh siapapun makhluk yang ada di bumi. Tapi bulan tentu bekerja sesuai iradatnya. 

Juga pasti ada yang menghendaki agar bulan tetap sebagaimana biasa menerangi bumi pada malam hari. Tak terkecuali bintang gemintang bertebaran kelap kelip nun jauh di sana.

Antara bulan dan bintang tidak saling mendahului menerangi. Mereka bertugas secara proporsional. Di tengah malam itu juga sejauh mata memandang tampak melintas pelan sebuah benda yang memainkan kelap kelip cahaya. 

Orang menduga itu pesawat. Aku justru memastikan bahwa benda itu memang pesawat terbang. Kau yang ada di depan computer atau laptop sekarang juga akur denganku. Mungkin.

Ada tiga cahaya yang setidaknya membuat terang di tengah malam ini. Bulan, bintang dan pesawat terbang. Bulan membagikan cahayanya ke seluruh belahan bumi tanpa kecuali, bintang pun demikian. 

Tapi pesawat yang melintas itu boleh jadi hanya bumi yang aku, dan kaudiami sekarang yang bisa melihatnya. Bumi di belahan lain sudah pasti tidak kebagian sebab tidak dilalui oleh rute pesawat itu. Aku pun merasa beruntung seolah sedang diguyur oleh kemilau cahaya dari atas sana.

Aku berpikir kembali, cahaya di belahan bumi lain tidak seterang di sini. Boleh jadi mereka hanya melihat temaram cahaya, dan biasa saja. Bulan dan bintang juga kelap kelip cahaya dari lampu pesawat bukan sesuatu yang istimewa bagi mereka. 

Mereka pasti memandang bulan akan terang jika masuk waktu purnama. Bintang yang sekecil itu juga tidak akan menambah terang bumi, apalagi lampu pesawat. Itu pendapat mereka di belahan bumi lain,

Di tempat di mana aku tinggal, di bumi sekarang ini juga sama persis dengan pandangan tersebut. Buat mereka tidak ada cahaya bulan, bintang, dan lampu pesawat yang terang, seterang aku melihatnya di tengah malam yang sunyi dan sepi ini. 

Tidak ada seorang pun. Barangkali mereka melihatnya hanya sekilas. Atau aku menduga mereka tidak mau melihatnya. Untuk apa?Sebab saat ini sudah tengah malam, dan bakal menjelang sepertiga malam. Mereka tentu tengah terlelap dalam tidurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun