Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng dari Hutan Jati

23 Juni 2020   17:16 Diperbarui: 25 Juni 2020   06:39 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gudel teriak sejadi-jadinya tatkala ular pyton hendak mencaplok kepalanya dari tengah batang pohon jati di hutan Alas Roban. Sambil teriak ia kibaskan potlot tumpul ke arah ular itu berulang kali. Teriakan itu didengar Sipur yang tengah mengoreksi naskah cerita pendek di ruang redaksi. Dengan tergesa, Sipur menuju arah Gudel yang masih menghunuskan potlotnya di bangku pojok ruang itu dekat dengan jendela yang terbuka.

Sementara Ian yang tengah mengedit blog para penulis media online juga bangkit dari duduknya menuju tempat di mana Sipur sedang melongo, kaget. Rupanya Gudel kembali untuk kesekian kali sedang berada di dunia lain. Dunia mimpi tengah hari.

Sipur dan Ian tidak bereaksi melihat Gudel. Mereka diamkan beberapa saat, dan memperhatikan tingkah dan gerakan Gudel ala Jet Lie di film-film. Tangannya berputar dan mengibaskan ujung potlot itu. Teriakannya juga melengking hingga ke tempat parkir.

Prihatin dengan kondisi Gudel, keduanya kemudian mengambil secangkir kopi yang ada di mejanya, dan byur, wajah Gudel hangat tersiram. Gudel pun bangun, dan merasakan yang dialaminya ini adalah mimpi. Dan, mimpi semacam ini telah menyiksa dirinya, namun tidak ia akui.

Mimipi itu terasa benar adanya. Sebab Gudel tempo hari pernah ke hutan yang dulu sangat terkenal. Terkenal karena penjahat maupun masyur karena banyak lelembutnya. Ia ke sana dalam kaitannya dengan tugas jurnalistik, meliput kehidupan sosial masyarakat di sana. Namun tak diduga ia juga bertemu dengan  janda cantik satu anak, yang tinggal di pedalaman hutan tersebut, yang pernah viral di media online lain sebelumnya.

Suatu ketika usai peroleh hasil liputannya di suatu desa, ia didampingi oleh tetua desa di dekat hutan itu, menjumpai janda ini. Gudel diliputi rasa penasaran akibat berita viral itu. Karenanya ia ke sana. Perjalananannya juga sangat memakan waktu untuk menemuinya. Jalan curam, dan naik turun, akar pepohonan besar melintangi jalan, jajaran menjulang pohon jati, serta ilalang yang tak pernah putus. Namun sampai juga mereka di lokasi itu. Total dua jam perjalanan dari batas desa.

Gudel terperanjat tatkala berjumpa dengan janda ini. Ia benar-benar cantik, secantik bintang bolywood. Entah peranakan dari mana dan anak siapa hingga ia berada di hutan ini. Tetua adat hanya mengira-ngira saja, ketika ditanya, kisahnya  janda ini berasal dari pegunungan Dieng. Punya KTP dan kartu keluarga juga.

Ia memilih lokasi ini bersama anaknya yang jelang remaja dan cantik seperti ibunya. Karena dilengkapi dengan surat Girik sah, berstempel Kabupaten wilayah sini, maka mereka tiba dan tinggal di sini. Meski bangunan rumah yang terlihat, seadanya, nyaris mirip gubuk. Jadi tak ada aparat yang menghalangi kemauan mereka untuk berada di tanah moyangnya.

Perjumpaan pertama itu sungguh terasa di jantung hati Gudel. Ia betah berlama-lama mewawancarai janda ini. Ia juga potret sana potret sini di bagian semua yang dipunyai janda tersebut. Si janda juga tak kalah heboh, Ia beraksi sana sini juga mengimbangi apa yang dibidik Gudel lewat kameranya. Gudel dibuat buta hatinya. Ia sudah jatuh ke dalam kerlingan mata janda tersebut.

Tau demikian, tetua adat minta izin untuk meninggalkan mereka, dan kembali ke desa, sembari meyakinkan Gudel arah pulang. Ditinggal tetua adat, Gudel tampak gembira luar biasa. Ini artinya mereka bisa bercengkrama di luar tugas liputan jurnalistik.  Pendek kata esok harinya baru Gudel kembali ke desa, dan langsung meninggalkan hutan itu dengan sejuta kenangan.

Apa yang dilakukan Gudel bertiga di hutan pedalaman itu?Yang tau cuma Gudel tentu saja. Laporan yang ia tulis justru bukan soal janda dan kehidupannya, tapi kehidupan masyarakat di desa dekat hutan  Alas Roban tersebut. Sehingga Sipur dan Ian sangat tertarik dari sisi feature kehidupan masyarakat di sana. Dan, liputan ini juga mendapat respon positif dari redaksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun