Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Konon Akibat Upah Tak Ditunaikan Risiko Tujuh Turunan (Dongeng Sunda Bagian 2 Tamat)

11 September 2019   15:24 Diperbarui: 11 September 2019   16:31 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Kiai Cipancur tengah bersiap untuk menuju ke sawah pagi itu. Namun tak disangka muncul seorang  pamong desa, Isnen, anak buahnya Naya, berkunjung ke rumahnya. Pamong yang datang sendiri ini hanya berniat mampir setelah ada urusan dengan pamong desa di mana kiai tinggal. Pamong ini pun sebenarnya adalah adik kandung dari ambu Siti.  

"Assalamualaikum kiai."ucapnya seraya menghampiri, dan mencium tanganya.

"Waalaikum salam, saha nya silaen teh. Kok tumben sekali mau datang ke rumah?

"Iya kiai, maaf mengganggu. Saya ini dari desa Balandongan habis ketemu pamong desa ini, ada keperluan sebentar. Tapi tidak langsung pulang. Mau sekadar main saja ke rumah kiai. Mampir atuh,  ada kiai kok dilewati begitu saja, kata rekan pamong itu. Ya udah akhirnya saya ke sini. Tapi kelihatannya kiai mau ke sawah ya.

"Wah Alhamdulillah mau berkunjung mah. Iya ini mau siap-siap ke sana. Masuk dulu ya?

"Tidak usah kiai, terima kasih, sekalian aja kita jalan,lagi pula kalo sudah ketemu kiai kan tenang sayanya.

"O baiklah kalau begitu. Hayu atuh.

Mereka pun kemudian berdampingan jalan, meski tujuan beda. Kiai Caipancur sebagaimana petani biasanya. Pakai celana pangsi hitam, baju hitam, dan kaos dalam putih, serta cangkul di bahunya. Mereka terlibat pembicaraan ringan, hingga kemudian pamong ini mengisahkan soal wafatnya Kuwu Naya.

"Innalillahiwa inna ilaihi rojiun, kapan?

"Seminggu lalu, kiai. Jadi di desa sementara ini dipimpin sekretaris desa. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun