Mohon tunggu...
Ersi Purwandari
Ersi Purwandari Mohon Tunggu... Guru - Seorang Ibu dan Guru

Seorang Guru yang peduli terhadap pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Boleh Bawa HP Ngga?" Sekelumit Cerita Penggunaan Gawai di SMA PL II Servasius

2 Oktober 2020   18:49 Diperbarui: 2 Oktober 2020   18:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Boleh bawa  hp nggak?, pertanyaan tersebut  sering muncul dari calon orang tua siswa baru di SMA Pangudi Luhur II Servasius ketika kami melakukan wawancara penerimaan siswa baru atau saat pertemuan orang tua siswa. HP (Hand Phone) adalah salah satu  jenis gawai (gadget) yaiutu  alat atau perkakas yang dapat menunjang pekerjaan dan komunikasi. . Nah walaupun pada judul tertulis gawai tapi dalam tulisan ini saya ingin secara spesifik membahas mengenai penggunaan  HP di SMA Pangudi Luhur II Servasius.

Kembali pada pokok bahasan diatas, penggunaan hp awalnya diperbolehkan untuk mempermudah komikasi siswa dengan orangtuanya dirumah dan hanya diperbolehkan digunakan ketika jam sebelum masuk sekolah, istirahat dan jam pulang sekolah. Yah tahun 2011 ketika saya bergabung di sekolah ini memang belum marak aplikasi-aplikasi penunjang pembelajaran seperti sekarang ini (atau saya yang kurang update? entahlah ...)

Di SMA Pangudi Luhur II Servasius penggunaan HP diatur dalam tata tertib sekolah, pelanggaran tata tertib tentulah akan berakibat pada sanksi/ hukuman. Hukuman yang diterapkan biasanya adalah penyitaan HP selama 1 bulan dan penyebabnya adalah kettika siswa menggunakan HP tersebut ketika jam pelajaran tanpa seizin guru mata pelajaran yang bersangkutan. Intinya ketika HP "berbunyi" saat jam pelajaran dengan alasan apapun (bisanya siswa berasalasn lupa mematikan alarm, lupa silent dll) maka HP tersebut akan disita selama 1 bulan dan siswa harus menandatangani surat pernyataan.

Kondisi tersebut sejujurnya merepotkan kami sebagai guru apalagi terkait urusan simpan menyimpan HP sitaan, tentunya kami harus bertanggung jawab terhadap HP itu selama 1 bulan, jangan sampai hilang atau rusak ketika dikembalikan, urusannya bisa rumit karena kami harus mengganti.Belum lagi urusan dengan orangtua siswa yang protes karena HP anaknya disita, itu kan alat komunikasi satu-satunya, anak saya kan lupa tidak mematikan alarm, kan hp tersebut berbunyi ketika bpk/ibu guru sudah keluar ruangan dan sebagainya. Sebaliknya pengalaman saya sendiri pernah suatu kali ada orangtua datang pada saya karena HP putranya saya sita, mereka justru berterimakasih dan minta supaya waktu sitaannya diperpanjang. Setelah HP-nya disita si anak tersebut justru bisa makan dengan teratur, berkomunikasi dengan orangtuanya dan hidup lebih "normal". Maklumlah kala itu HP memang lebih ditujukan untuk kegiatan entertainment dan komunikasi seperti main game, mendengarkan musik dan bermedia sosial, belum sepenuhnya digunakan dalam pembelajaran. Wifi tiap kelaspun belum difasilitasi oleh sekolah, siswa-siswa yang melanggar tersebut tentunya siswa yang secara ekonomi baik karena bisa memiliki kuota internet. Saat itu sisi positif penggunaan HP hanya terbatas untuk membagikan informasi misalnya mengirimkan materi pelajaran ke grup kelas atau email (supaya tidak terkesan efeknya negatif terus ya hehehe...)

Kondisi berubah sejak telepon semakin pintar dan kuota internet bukan lagi jadi barang yang mewah. Banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan  dalam pembelajaran seperti kuis-kuis online, materi-materi yang sudah disajikan dalam bentuk video di youtube, aplikasi pembuatan mind map, cross word bahkan aplikasi penghitung kalori yang sangat bermanfaat untuk pelajaran Biologi. Sekolah kami juga berkomitmen  untuk mengadopsi teknologi untuk membantu proses pembelajaran dengan bekerjasama dan berlangganan suatu platform (kami tidak sebut namanya karena kami tidak diendorse hehehe..) yang bisa memberikan kami fasilitas e-learning, informasi  penilaian harian  ke orang tua, pengumuman secara realtime ke siswa dan orang tua serta fitur-fitur lain yang semakin hari semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan zaman jaringan wifi di tiap kelas mulai difasilitasi dan ditambah band with. Lima tahun terakhir kami sudah terbiasa bahkan sangat biasa menggunakan hape atau gawai untuk pembelajaran. Kegaitan pembelajaran, penilaian harian, tengah semester, akhir semester, remedial hampir semua pelajaran sudah memanfaatkan gawai sebagai alat pembelajaran. Kegitaan sita menyita hape sudah berkurang, walau masih saja siswa-siswa "istimewa" yang menggunakan gawai saat pembelajaran justru membuka laman  lain untuk kesenangan mereka, hal ini masih kami peringatkan atau kalau keterlaluan masih kami berikan punishment.

Dalam kondisi pandemi sekarang ini, kami  sebagai guru merasa sangat dibantu dengan teknologi dalam melakukan pembelajaran jarak jauh. saat ini gawai menjadi piranti utama untuk kami melaksanakan pembelajaran, justru aneh rasanya jika tidak menggunakannya. Jika dulunya gawai hanya terbatas alat komunikasi dan mesin pencari, sekarang manfaatnya semakin banyak lagi. Manfaat yang sesungguhnya sudah ada sejak dulu tapi tidak pernah kami eksplore karena merasa tidak memerlukannya. Kini kami mengenal berbagai fitur dan aplikasi-aplikasi yang menunjang kami dalam pembelajaran. Aplikasi bisa bisa sebagai penyedia konten materi, sarana virtual conference, assessment, games dan lain-lain.

            Gawai dengan segala kelebihanan dalam berbagai hal seperti alat komunikasi dengan banyak  pilihan, mendapatkan informasi, hiburan, penyimpan data, maps, penunjuk arah bahkan bisa sebagai ladang bisnis tentunya tak lepas dari banyak kekurangannya. Kekurangan yang muncul dari penggunaan gawai diantaranya adalah menurunkan minat baca, meningkatkan beban biaya hidup, peluang praktik bisnis illegal, kecelakaan lalu lintas , pornografi, pornoaksi, penurunan prestasi belajar atau kerja, penurunan kepekaan sosial bahkan bisa menganggu kesehatan (melalui gelombang elekromagnetiknya). Bahkan pada tahun 2010, Yougov dari Britania Raya mengungkapkan satu istilah "nomophobia" (no mobile phone phobia) dimana seseorang merasa gelisah dan stress ketika hp mereka mati.

Namun apakah banyaknya efek negative dari gawai membuat kita "parno" (paranoid) dan menolak menggunakan serta melarang anak-anak kita menggunakaanya?. Menggunakan gawai dengan bijaksana, mendampingi anak terutama yang dibawah umur  setiap mengunakan gawai, memberlakukan pembatasan dengan memberikan aturan main tentang waktu dan apa saja yang boleh mereka lihat, menjalin komunikasi dengan tetap meluangkan waktu untuk berkumpul sesibuk apapun orantua, sehinga  menciptakan kedekatan mulai dari angota keluarga merupakan sebuah cara yang dapat diupayakan untuk menekan dampak negative dari gawai.

Gawai adalah sebuah alat, ciptaan manusia untuk membantu kehidupan manusia, kitalah yang harus mampu mengendalikan alat  bukan diperalat oleh gawai, dengan bersikap tetap bijaksana dalam pengunaanya kita dampingi generasi-generasi hebat untuk Indonesia. Dan suatu saat ada orang tua siswa bertanya "boleh pakai hape ngga?" dengan sigap kami akan menjawab "tentu saja boleh!" asalkan tahu tempat, tahu waktu dan ikuti aturannya. God bless You

Kelompok KLEPON

Penganan kearifan lokal yang penuh kejutan, dan kejutannya selalu manis

Rina Delvita, Melania Surya S, B. Ersi Purwandari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun