Mohon tunggu...
Erny Erawati0203
Erny Erawati0203 Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Hobi menulis. Saat ini menulis di blog kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlu Adanya Budaya Organisasi dalam Layanan Kesehatan

7 Februari 2023   17:07 Diperbarui: 7 Februari 2023   17:09 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi saat ini dimana dunia tanpa batas, tuntutan masyarakat terhadap layanan kesehatan berubah. Mengapa bisa berubah? Hal ini karena adanya kemajuan teknologi dibidang komunikasi, dalam hal ini adanya internet sehingga informasi layanan kesehatan ditempat lain yang bagus dan modern akan mempengaruhi pikiran seseorang dalam mendapatkan layanan kesehatan.

Sebelum adanya internet, seseorang yang menderita sakit ke layanan kesehatan hanya memiliki satu tujuan yakni sembuh dari penyakitnya. Tapi setelah adanya internet tujuan orang ke rumah sakit bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi ada tuntutan lain yang mereka inginkan. Contoh saat mengantri menunggu panggilan untuk diobati. Mereka akan menuntut agar waktu antriannya tidak lama, petugasnya ramah dalam memberikan pelayanan, pakaian yang dipakai petugas menarik, ruangan yang nyaman dan tuntutan lainnya.

Dengan adanya berbagai tuntutan pasien terhadap petugas layanan kesehatan, maka perlu adanya peningkatan kemampuan dari para petugas yang memberikan layanan. Oleh karena itu perlu adanya budaya organisasi. Apa yang dimaksudkan dengan budaya organisasi? Budaya organisasi adalah suatu karakteristik yang ada di suatu kelompok dan digunakan sebagai tuntunan mereka dalam berperilaku serta membedakannya dengan kelompok lain. 

Artinya, budaya organisasi merupakan suatu norma dan nilai-nilai perilaku yang harus dipahami dan dipatuhi oleh kelompok orang yang menganutnya. Sehingga, budaya organisasi ini akan direfleksikan melalui kegiatan mereka sehari-hari, mulai dari interaksinya dengan orang lain, caranya bekerja dan ekspektasi di masa depan.

Saat ini yang sering saya lihat menerapkan budaya organisasi adalah hotel berbintang, bank -- bank swasta, Rumah Sakit Swasta  bertatus nasional dan internasional.  Ciri suatu organisasi menerapkan budaya organisasi adalah saat berinteraksi dengan petugas ditempat tersebut akan menunjukan perilaku yang sama. Contoh di Rumah Sakit Internasional. Saat berinteraksi dengan petugas parkir rumah sakit, mereka menunjukan perilaku yang sangat ramah. 

Perilaku ini akan kita temukan juga dibagian lain seperti bagian pendaftaran, laboratorium, apotik, radiologi dan sebagainya. Intinya setiap kita berinteraksi dengan petugas yang ada di rumah sakit tersebut akan menunjukan perilaku ramah.

Bagaimana dengan puskesmas dan rumah sakit pemerintah, sudahkah menerapkan budaya organisasi? Rasanya belum semua menerapkannya. Oleh karena itu kita berharap semua puskesmas dan rumah sakit pemerintah bisa menerapkan budaya organisasi. Sikap ramah yang ditunjukan petugas sebenarnya akan menciptakan kepuasan pasien yang akhirnya akan menciptakan loyalitas pasien. Dengan adanya loyalitas pasien membawa keuntungan besar buat layanan kesehatan.

Khusus untuk petugas kesehatan ada beberapa tuntutan yang harus mereka miliki. Dalam manajemen mutu layanan kesehatan dikenal dengan istilah dimensi mutu layanan. 

Jadi petugas kesehatan disamping bersikap ramah, pakaian menarik, mereka juga dituntut untuk memiliki dimensi kompetensi teknis (berhubungan dengan kemampuan petugas kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan dalam hal kepatuhan, ketepatan, kebenaran, dan konsistensi), dimensi efektivitas layanan kesehatan (mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah berkembangnya penyakit atau meluasnya penyakit yang ada), dimensi efisiensi layanan kesehatan (walaupun sumber dayanya terbatas lebih banyak pasien yang dapat diobati).

Dimensi lainnya yakni dimensi kesinambungan layanan kesehatan (pasien dapat dilayani sesuai kebutuhan, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu karena riwayat penyakit pasien terdokumentasi dengan lengkap, akurat dan terkini, terlaksana tepat waktu dan tepat tempat), dimensi keamanan (dalam memberikan layanan kesehatan aman dari resiko cedera, infeksi, efek samping atau bahaya lainnya. 

Misalnya resiko terkena HIV/AIDS dalam transfusi darah, adanya infeksi nosokomial seperti hepatitis B dan TB paru baik bagi pasien maupun petugas kesehatan, pasien jatuh dari tempat tidur, dll), dan dimensi  ketepatan waktu (layanan kesehatan dilaksanakan dalam waktu dan cara yang tepat dengan menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang efisien). Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa digunakan pada layanan kesehatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun