Bagi yang sering melewati jalanan antara Cianjur dan Bogor, atau yang hendak bepergian ke puncak atau Jakarta, tentu tidak akan asing akan sebuah tugu yang begitu mencolok karena ukurannya yang sangat besar dan bentuknya yang menyerupai botol kecap raksasa.Â
Ya, tentu Anda tahu akan keberadaan tugu Botol Kecap yang terletak di perbatasan Cianjur-Bogor.Â
Saking ukurannya yang tergolong unik karena sangat besar, dan penempatannya yang sangat pas dari jangkauan pandangan mata, maka tidak heran kalau Tugu Botol Kecap ini dijadikan ikonik kota Cianjur. Sebetulnya di Cianjur selain Tugu Botol Kecap, masih banyak yang lainnya.Â
Ada Tugu Mangkok Bubur Tumpah, Tugu Kuda Kosong, Tugu Lampu Gentur, Tugu Tauco, Tugu Ayam Pelung, Tugu Pramuka, Tugu Pandanwangi, dan masih banyak lagi.Â
Namun, Tugu Botol Kecap banyak menyimpan kenangan tersendiri, khususnya bagi masyarakat Cianjur.
Tugu Botol Kecap merupakan tugu yang tergolong paling tua di antara tugu-tugu yang disebut di atas. Hampir 40 tahun tugu tersebut menemani para pemakai jalan. Bahkan dijadikan sebagai penunjuk arah.Â
Dibongkarnya tugu botol kecap tersebut dikarenakan kontraknya tidak diperpanjang lagi, sehingga mau tidak mau, ikonik tersebut harus dihilangkan walau banyak sekali warga yang menyayangkan dengan keputusan tersebut.Â
Salah satu alasan pembongkaran tugu tersebut adalah karena promosi lewat itu sudah tidak efektif lagi di tengah gempuran promosi lewat sosial media yang dirasa lebih pas, cepat dan nyata.Â
Sudah 10 tahun ke belakang mungkin iklan di media luar ruang dianggap masih cocok dan paling menjanjikan, namun di era serba instant sekarang, berpromosi lewat media sosial jauh lebih menguntungkan, lebih murah dan relatif sangat cepat.Â
Pengambilan keputusan pemilik Tugu Botol Kecap, saya rasa merupakan keputusan yang tidak salah dan sudah pada tempatnya walaupun banyak masyarakat menyayangkan dengan dibongkarnya keputusan tersebut.
Masyarakat kebanyakan menghubungkan pembongkaran ikon tersebut karena nilai historisnya. 40 tahun tentu bukan waktu yang singkat.Â
Selama itu pula banyak sekali kenangan-kenangan yang telah dilalui, di samping itu, tugu tersebut sudah dijadikan salah satu objek wisata yang dianggap unik. Banyak para pemakai jalan yang mengambil gambar di sana.Â
Di samping karena unik, juga tempatnya strategis untuk disinggahi bagi mereka yang mulai merasakan kelelahan, sehingga ketika ikon tersebut hilang dari pandangan, serasa ada sesuatu yang hilang.Â
Berdasarkan hal tersebut, Pemdes Ciloto memiliki rencana untuk membangun monumen yang serupa tanpa menempelkan brand atau merek kecap manapun.
Sebetulnya keberadaan setiap tugu berhubungan dengan peraturan daerah tentang  tata letak, tata ruang yang nantinya akan berdampak pada keindahan daerah itu sendiri.Â
Walaupun demikian, dengan menghilangnya tugu tersebut, tidak menutup kemungkinan akan memunculkan pemilik produk lain yang menggantikan posisi tugu tersebut mengingat tempatnya yang sangat strategis untuk dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.Â
Apapun itu, tentu kita berharap agar Cipunjur ( Cipanas- Puncak- Cianjur ) semakin lestari dan pinggiran jalan yang sudah terlanjur penuh terisi toko atau kios dan bangunan dapat lebih tertata, baik dari segi tata letaknya, bentuknya, maupun kebersihannya.
Dengan demikian, semoga warga Cianjur pun semakin tertib juga untuk membuang sampah, karena daya tarik Cipunjur sebagai daerah wisata, santri, dan penghasil kuliner harus terus terjaga lewat kerapihan dan kebersihan.