Pengambilan keputusan pemilik Tugu Botol Kecap, saya rasa merupakan keputusan yang tidak salah dan sudah pada tempatnya walaupun banyak masyarakat menyayangkan dengan dibongkarnya keputusan tersebut.
Masyarakat kebanyakan menghubungkan pembongkaran ikon tersebut karena nilai historisnya. 40 tahun tentu bukan waktu yang singkat.Â
Selama itu pula banyak sekali kenangan-kenangan yang telah dilalui, di samping itu, tugu tersebut sudah dijadikan salah satu objek wisata yang dianggap unik. Banyak para pemakai jalan yang mengambil gambar di sana.Â
Di samping karena unik, juga tempatnya strategis untuk disinggahi bagi mereka yang mulai merasakan kelelahan, sehingga ketika ikon tersebut hilang dari pandangan, serasa ada sesuatu yang hilang.Â
Berdasarkan hal tersebut, Pemdes Ciloto memiliki rencana untuk membangun monumen yang serupa tanpa menempelkan brand atau merek kecap manapun.
Sebetulnya keberadaan setiap tugu berhubungan dengan peraturan daerah tentang  tata letak, tata ruang yang nantinya akan berdampak pada keindahan daerah itu sendiri.Â
Walaupun demikian, dengan menghilangnya tugu tersebut, tidak menutup kemungkinan akan memunculkan pemilik produk lain yang menggantikan posisi tugu tersebut mengingat tempatnya yang sangat strategis untuk dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.Â
Apapun itu, tentu kita berharap agar Cipunjur ( Cipanas- Puncak- Cianjur ) semakin lestari dan pinggiran jalan yang sudah terlanjur penuh terisi toko atau kios dan bangunan dapat lebih tertata, baik dari segi tata letaknya, bentuknya, maupun kebersihannya.
Dengan demikian, semoga warga Cianjur pun semakin tertib juga untuk membuang sampah, karena daya tarik Cipunjur sebagai daerah wisata, santri, dan penghasil kuliner harus terus terjaga lewat kerapihan dan kebersihan.