Mohon tunggu...
Andis Ruhyat Tambunan
Andis Ruhyat Tambunan Mohon Tunggu... Lainnya - SMA AL-HIDAYAH AGRABINTA

Pembelajaran tidak hanya terjadi di antara dinding-dinding kelas, tetapi di mana saja imajinasi dapat berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Promil dengan Ovutest Harga Tiga Ribuan: Lima Tahun Menanti, Lahirlah Bayi Tampan Menggemaskan

20 Januari 2021   21:40 Diperbarui: 23 Januari 2021   02:10 17300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap pasangan yang sudah menikah, sebagian besar pasti menginginkan untuk mempunyai anak sebagai pelengkap rumah tangga yang tengah diarungi, begitupun saya dan suami.

Saya dan suami menikah pada pertengahan tahun 2014. Saat itu saya masih kuliah dan juga kerja di Bandung, sementara suami kerja di Cianjur sehingga kami harus LDR-an. Kami memutuskan untuk tidak buru-buru program hamil. Walaupun begitu, saya juga tidak menghalangi kehamilan dengan program KB, jadi kami biarkan flow gitu aja. Saya pikir “gak hamil gak apa-apa, hamilpun it’s okay”.

Pada tahun 2015 saya lulus kuliah dan memutuskan berhenti berkerja untuk ikut pulang kampung bersama suami. Untuk mengisi hari-hari di kampung, saya mengajar di sebuah Sekolah di mana tempat suami saya bekerja. 

Selang waktu berlalu, tapi kok saya belum hamil juga, padahal kami sudah tinggal serumah. Berbagai program hamil saya jalankan dari mulai diurut ke Mak Paraji, rutin minum vitamin, hingga program ke dokter kandungan.

Saat itu dokter menyatakan bahwa rahim saya baik-baik saja, hingga  saya hanya diberi vitamin E dan asam folat. Tahun 2016 saya mulai lelah dan berhenti program hamil. Saya menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada awal tahun 2017 ternyata saya telat haid yang disertai perasaan sering cepat lelah, lesu, pusing dan mual. Setelah 3 bulan telat, akhirnya saya memutuskan untuk testpack, dan ternyata garisnya ada dua.

Sungguh saat itu senangnya luar biasa, dan saya langsung mengurangi kegiatan, rutin minum susu dan vitamin kehamilan demi menjaga kehamilan yang sudah lama ditunggu-tunggu ini. 

Menjelang kehamilan saya memutuskan untuk melahirkan di rumah dengan dibantu oleh seorang bidan dan seorang mak paraji karena selain memang akses ke fasilitas kesehatan lumayan jauh, kami juga tidak mempunyai banyak biaya untuk melahirkan di rumah sakit. September 2017 lahirlah bayi perempuan cantik, namun sayang pada saat itu juga Tuhan langsung mengambilnya kembali. 

Bayi saya lahir dengan detak jantung sudah lemah dan kami tidak bisa mengupayakan apa-apa, karena memang ke fasilitas kesehatan lumayan jauh. Jujur saat itu saya sangat menyesal, andai saja saat itu memaksakan diri untuk melahirkan di Rumah Sakit, mungkin bayi saya akan selamat.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur, dan memang mungkin sudah harus begitu jalannnya, demi menjaga kesehatan mental saya sendiri, saya memutuskan untuk ikhlas dan menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.

Semenjak meninggalnya bayi perempuan saya, tidak lama sekitar 6 bulan pemulihan saya langsung program hamil kembali. Hampir dua tahun saya promil tapi tak juga kunjung hamil. Hingga pada Agustus 2019, saya mengunjungi salah satu dokter kandungan yang ada di Cianjur. 

Setelah di USG untuk melihat kondisi rahim, dokter meberikan saya 2 jenis resep obat yang harus saya minum pada saat hari ketiga haid sampai 5 hari ke depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun