Mohon tunggu...
Andis Ruhyat Tambunan
Andis Ruhyat Tambunan Mohon Tunggu... Lainnya - SMA AL-HIDAYAH AGRABINTA

Pembelajaran tidak hanya terjadi di antara dinding-dinding kelas, tetapi di mana saja imajinasi dapat berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

My Life Story: Pernah Putus Sekolah, Menjadi Pembantu Rumah Tangga, Hingga Kuliah di Singapuran dan Dapat Beasiswa S2

19 Januari 2021   11:00 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:36 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Masa Kecil

Tahun 1990, saya terlahir di sebuah kampung yang berada jauh di pelosok. Dulu, di kampung saya tidak ada listrik, tidak ada fasilitas kesehatan, tidak ada akses transportasi umum. Satu-satunya sekolah atau akses pendidikan formal yang ada di Kampung saya yaitu Sekolah Dasar (SD). Kendati demikian, mayoritas penduduknya tidak bersekolah, hanya sedikit lulus SD, sementara lulusan SMP dan SMA mungkin dapat dihitung jari. Kedua orang tua saya termasuk yang lulusan SD.

Sejak kecil, ketika usia saya sekitar 3 tahun, saya tinggal bersama nenek, karena orang tua saya berpisah dan ibu saya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Arab Saudi. Sementara ayah saya bekerja serabutan, kadang merantau ke Jakarta menjadi tukang jahit di kompeksi.

Sejak masuk sekolah SD, saya punya mimpi kecil, yaitu mau melanjutkan sekolah sampai tingkat SMA saja. Jujur waktu itu saya tidak tau kalau setelah lulus SMA ternyata ada jenjang Pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu perguruan tinggi. Saya mengetahui ada perguruan tinggi ini mungkin saat saya masuk kelas 6 SD. Entah kenapa jiwa kecil saya menyatakan kalau suatu saat nanti harus ada salah seorang dari kampung ini yang mampu menempuh pendidikan tinggi. Saya tidak mau mengikuti jejak orang tua saya yang jadi petani apalagi samapi jadi TKW seperti ibu.

2. Putus Sekolah

Singkat cerita setelah lulus SD ternyata kenyataan berkata lain, saya tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP karena alasan biaya juga kurangnya support dari lingkungan sekitar. Satu-satunya yang support mimpi saya saat itu  hanya ibu yang pada saat itu masih menjadi TKW di Arab Saudi. Nenek melarang saya sekolah karena dia beranggapan bahwa kita hanya perlu pendidikan agama saja, jadi tidak perlu pendidikan formal yang mengarah ke duniawi katanya. Kendala lain yaitu lokasi sekolah SMP juga sangat jauh yaitu memakan waktu tempuh kurang lebih 4 jam. Saat itu kendaraan bermotor masih sangat jarang karena akses jalan yang curam dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Sekitar satu tahun saya nganggur, saya hanya bantu-bantu nenek ke sawah, ke kebun dan mengembala domba. Tapi, sepanjang satu tahun itu tak lantas membuat mimpi kecil saya pupus. 

3. Masa SMP - SMK - Kuliah

Menjelang penerimaan siswa baru tahun berikutnya,beruntung  ibu saya pulang dari Arab Saudi, serta ada saudara jauh yang bersedia mengangkat saya dan menyekolahkan saya bahkan memperbolehkankan saya tinggal di rumahnya yang berlokasi sekitar waktu tempuh ke sekolah SMP itu  kurang lebih 2 jam. Akhirnya saya bisa sekolah sampai lulus SMP meskipun setiap hari saya harus berangkat sekitar jam 5 subuh, jalan kaki, membawa obor, melewati hutan.

Setelah lulus SMP saya masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Kabupaten Cianjur. Di sana saya ngekost dengan seluruh biaya hidup ditanggung patungan  oleh ibu dan kaka saya yang waktu itu sama-sama bekerja sebagai TKW di Arab Saudi. Tahun 2009 saya lulus. Dengan support dari Ibu, setelah lulus saya masuk kuliah Kebidanan di salah satu Poltekes di Sukabumi. Jurusan kebidanan ini merupakan keinginan dan pilihan ibu saya.

4. Berhenti Kuliah

Setelah kuliah berjalan satu semester, musibah terjadi. Ibu saya dipulangkan dari Arab Saudi yang otomatis sumber biaya kuliah saya terhenti, karena satu-satunya yang mebiayai kuliah saya saat itu adalah ibu. Sementara kaka saya sudah pulang terlebih dahulu, menikah dan menjadi petani di kampung yang mana penghasilan dari bertani kaka saya hanya cukup untuk makan sehari-sehari saja. Jujur saat itu saya merasa sangat down. Saya pulang kampung untuk menenangkan diri dan memutus seluruh akses komunikasi dengan semua teman-teman. Kurang lebih 2 bulan saya menenangkan diri, hanya diam dan merenung, sampai pada suatu titik akhirnya saya mencoba bangkit dan mulai menata kembali mimpi, memikirkan cara lain untuk menggapai mimpi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun