Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kopdar: Mengelola Kesan Pertama

13 Maret 2011   21:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:49 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13000525591875468273

Beberapa waktu yang lalu, seseorang menulis status di facebook-saya lupa detilnya- kurang lebih begini : " Bagi teman-teman yang akan kopdar, hati-hati. Pertemanan dunia maya sangat berbeda dengan dunia nyata" Saya tersenyum membaca status itu. Sepertinya pernyataan itu adalah pengalaman pribadinya. Pernyataan itu ada benarnya, karena di dunia maya kita enak ber-wakakak- tak perlu merisaukan ketidaknyamanan atas bentuk tubuh, wajah dan perlengkapan citra diri. Kita tak peduli dengan status dan latar sosial kita, mengalir begitu saja. Menyapa orang tak perlu kulo nuwun, berbasa-basi,dan meraba perasaan orang apakah ia terganggu atau tidak dengan kedatangan kita. Kehidupan real kita tersembunyi demikian rapi. Yang pemalu jadi pemberani, yang pendiam ternyata bisa begitu 'super cerewet' dan rese. Yang cerewet bisa irit bicara. Seperti halnya di Kompasiana yang senyatanya bagi para kompasianer adalah dunia maya. Di Kompasiana tidak menjanjikan, apakah seseorang yang senang bertandang ke blog orang, dalam realitasnya orang yang supel bergaul dengan orang,? Apakah ia seorang tukang pinjam barang dan tak suka mengembalikan? Apakah ia seorang yang pelit ataukah dermawan? Singkatnya, persahabatan di dunia maya itu belum teruji karena semuanya masih terbatas dalam kata-kata. Tetapi dalam kacamata sederhana, interaksi di Kompasiana dapat sedikit memberi informasi gambaran penulis bersangkutan bila mengikuti tulisan-tulisannya. Isi posting menunjukan kecenderungan hati dan pikiran. Pilihan kata-kata merupakan lintasan -lintasan jiwa. Cara bereaksi terhadap sebuah masalah dan topik merupakan gerak jiwa. Jadi, pertemanan secara alamiah di dunia maya pun tetap akan memungkinkan dan terealisasi di dunia nyata, karena 'kedekatan' itu adalah pekerjaan hati. Selanjutnya, bila silaturahmi itu berlanjut di dunia nyata dan satu sama lain merasa nyaman, di dunia nyata pun mereka akan menerima pertemanan apa adanya. Tidak terlalu pusing dengan rupa, dan perangkat sosial lain. Santai dan mengalir. Lain ceritanya jika di dunia maya mereka menjalin cinta. Kopdar akan menjadi peristiwa boleh jadi 'menakutkan', ketakutan sang kekasih akan kecewa karena ternyata ia tak sesuai seperti yang diharapkannya, atau bisa juga sebaliknya. Apalagi punya musuh di dunia maya, lebih 'menakutkan' lagi. Berbeda dengan orang yang tanpa tendensi, kopdar sama sekali tak mengganggu perasaannya. Ia tidak takut. Kan tak ada motif tersembunyi. Dalam ilmu persahabatan di dunia maya, konon yang harus diperhatikan-setelah merasa nyaman orang yang kita bidik untuk untuk dijadikan sahabat di dunia nyata- adalah kejujuran. Kalau kita keberatan memberikan informasi jati diri kita, dari pada kita berbohong berikan saja data diri kita yang 'umum-umum' saja. Dengan demikian, privacy kita masih tetap terjaga dan pada saat kopdar pun, kita tidak menyimpan beban kebohongan yang akan diketahui cepat atau lambat. Peristiwa kopdar pertama ini menjadi peristiwa yang sukar tetapi juga penting dalam pengembangan hubungan. Penting, karena menentukan hubungan selanjutnya. Sukar, karena ada proses peralihan perasaan sekaligus sarat penilaian awal. Boleh jadi, kopdar pertama bagi sebagian orang semacam kejutan psikologis. Bisa jadi yang pertama dan terakhir, bisa juga lanjut. Tetapi jangan khawatir, Murray Davis memberikan tips bagaimana mengelola kesan pertama agar efektif : Pertama, Meneliti kualitas. Kualitas yang tampak seperti kecantikan, gaya busana dan perangkat citra diri lainnya. Kualitas yang tersembunyi yakni meliputi bakat, kecerdasan, kesehatan jiwa dan lainnya. Petunjuk ini akan memudahkan kita melanjutkan hubungan ataukah tidak. Kedua, Melihat lampu hijau. Jika kita ingin melanjutkan hubungan lebih intim, lihatlah apakah ia punya kekasih atau tidak. Ia suami atau istri orang bukan. Kita tidak bisa menerabas orang yang memiliki status dan terikat dalam komitmen dengan orang lain. Ketiga, Membuka perjumpaan. Bukalah perjumpaan secara verbal maupun non verbal dengan cara, carilah topik yang menarik minat orang itu dan kita juga. Lihatlah isyarat non verbal, apakah ia mau kontak mata dengan kita atau tidak, dan apakah ia memperlihatkan bahasa tubuh perhatian kepada kita atau tidak. Jika orang ini menjawab pertanyaan kita panjang lebar atau membalas bertanya kepada kita, kita mendapatkan umpan balik positif. Ini mengisyaratkan bahwa jumpa pertama bisa dilanjutkan. Ke-empat, Ciptakan citra yang menyenangkan, dalam bahasa Davis disebut dengan pribadi "yang mengundang". Agar menjadi pribadi "yang mengundang", DeVito memberikan resep mengelola bahasa tubuh (non verbal) agar citra diri cepat dan awet tentang kita: 1. Pertama-tama ciptakan kontak mata. Mata mengkomunikasikan minat kepada orang. 2. Senyumlah dan isyaratkan lebih lanjut minat kita serta tanggapan positif kita pada orang itu. 3. Ciptakan kedekatan fisik, tetapi jangan melanggar batas kenyamanan. 4. Peliharalah postur tubuh yang terbuka yang mengkomunikasikan kesediaan untuk memasuki interaksi. 5. Berilah tanggapan secara nyata dengan senyuman atau anggukan. 6. Berikan reaksi positif. 7. Hindari sikap berlebihan. Pengelolaan verbal tak kalah pentingnya dibandingkan dengan non verbal, keduanya merupakan paket yang tak boleh saling meniadakan. Dalam mengelola verbal, DeVito memberikan saran : 1. Perkenalkan diri kita. " Saya, Raul Lemas.." Hindarkan sok tahu, " Eh, saya lihat kamu di foto profil, Julia Penyet.. kan ? " 2. Ajaklah orang itu berbicara tentang dirinya sendiri. Tidak ada topik yang lebih menyenangkan seseorang kecuali topik tentang dirinya sendiri. 3. Pujilah orang itu dengan tulus dan positif. 4. Tunjukkan semangat. Tidak ada yang menyukai orang yang lesu, lamban dan tidak semangat. 5. Hindari pengungkapan diri yang negatif atau terlalu akrab. Masukilah hubungan secara bertahap dan luwes. 6. Carilah kesamaan. Temukan kesamaan antara kita dengan orang itu, sikap, minat, tempat dan segala hal yang menekankan adanya hubungan. Namun, apa pun yang diresepkan para ahli komunikasi soal bagaimana mengelola kesan pertama. Hubungan itu tak akan pernah langgeng jika kita tak cukup memiliki perangkat ketulusan hati dan kematangan pribadi. Karena dalam setiap hubungan pasti akan mengalami perbedaan pandangan, pasang surut dan tentu saja kekecewaan yang perlu disikapi dengan kedewasaan. Kesan pertama itu akan diuji oleh waktu. Artinya, kesan pertama itu bukan segalanya..... J _________________ Sumber : DeVito, Joseph. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar, Professional Book, Jakarta, 1997 dan diolah dari berbagai sumber. Sumber gambar : dealovangga's.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun